kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tengah berbagai tantangan global, sektor manufaktur diyakini akan terus tumbuh


Selasa, 05 Juni 2018 / 15:24 WIB
Di tengah berbagai tantangan global, sektor manufaktur diyakini akan terus tumbuh
ILUSTRASI. Produksi aluminium


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor industri manufaktur diyakini akan terus tumbuh, meski saat ini banyak hambatan kinerja karena situasi internasional. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemperin) Haris Munandar di Jakarta, Senin (4/6/2018).

Menurur Haris, ada beberapa faktor eksternal yang akan mempengaruhi industri manufaktur di dalam negeri. Salah satunya adalah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Selain itu, penguatan dollar AS yang memberikan pengaruh cukup besar pada impor bahan baku, contohnya ketika Indonesia mendorong kapasitas produksi, hal ini secara otomatis akan mendorong impor apalagi saat ini laju impor lebih cepat dari ekspor.

“Saat ini komposisi bahan baku dan bahan penolong sektor industri sebesar 75% berasal dari impor. Kemperin terus berupaya mendorong agar ekspor juga cepat, orientasi kita saat ini untuk bisa menghambat impor terkait produk jadi,” kata Haris dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id.

Menurut Haris, selain dukungan ketersedian bahan baku dan regulasi pemerintah, industri harus mampu berinovasi agar tidak terlalu dibanjiri impor. Industri harus siap berkompetisi dengan importir untuk mengurangi ketergantungan impor. Kompetisi ini dinilai efektif untuk mengurangi angka impor sekaligus meningkatkan kualitas barang dalam negeri.

“Kita punya beberapa program, salah satunya saat ini sedang dikembangkan penggantian bahan baku yang selama ini impor seperti kapas, melalui pengembangan industri rayon dari kayu yang diproses sehingga bisa jadi bahan baku testil pengganti kapas. Ini akan mendorong penguatan industri hulu dan bisa kurangi ketergantungan pada impor,” kata Haris.

Haris melanjutkan, saat ini  seluruh sektor industri dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah, dengan demikian akan tercipta pemerataan ekonomi. Kemperin juga tengah mendorong industri kecil dan menengah (IKM) yang bisa mendukung kawasan industri melalui sentra IKM.

“Diharapkan IKM ini dapat mendukung manufaktur skala besar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dan menguatkan rantai pasok sektor industri di dalam negeri agar semakin produktif dan berdaya saing, contohnya sentra industri IKM Karawang yang mendukung industri besar seperti industri komponen otomotif yang bisa dikerjakan oleh IKM,” lanjut Haris.

Menurut Haris, keberadaan industri manufaktur masih menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan didukung banyaknya investor mengembangkan sektor tersebut. “Pertumbuhan industri manufaktur juga mendorong peluang lapangan kerja baru sehingga menciptakan multiplier effect serta mempercepat PDRB di daerah-daerah,” ujar Haris.

Komitmen investor baik skala nasional maupun global dalam mengembangkan sektor manufaktur juga harus dimanfaatkan dengan baik. Saat ini, banyak KI, terutama di Jawa yang fokus mengembangkan sektor manufaktur. Contohnya, investor global yang membangun kota industri Karawang New Industry City (KNIC) dan menyiapkan klaster industri manufaktur, seperti material konstruksi (construction material), layanan logistik (logistics), dan fast moving consumer goods/food.

Selain itu PT Jababeka Tbk yang menyiapkan 80 hektare (ha) lahan untuk 80 pabrik di wilayah Kendal, Jawa Barat. Perseroan juga memiliki proyek di Cikarang, Jawa Barat, yang dikembangkan sebagai kawasan industri manufaktur elektronik dan otomotif. Di Banten, terdapat KI Modern Cikande, yang diharapkan dapat menjadi salah satu kawasan pengembangan industri manufaktur, seperti baja, kimia, dan makanan

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Eko Listyanto menyatakan sektor manufaktur menyumbang kontribusi terbesar terhadap perekonomian yakni sekitar 20% dari PDB. “Apabila pemerintah ingin menggenjot pertumbuhan lebih dari 5%, maka kuncinya adalah terus mendorong pertumbuhan industri manufaktur dan menekan produk impor masuk,” jelas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×