Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan untuk merebut hati pemerintah dalam pengambilan keputusan pengelolaan Blok Rokan, Riau dijamin akan sengit. Pasalnya pemerintah membeberkan kesulitan dalam memutuskan pengelola selanjutnya akibat banyaknya peminat di blok yang kontrak pengelolaannya saat ini dipegang oleh PT Chevron Pacific Indonesia itu akan habis pada tahun 2021.
Direktue Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengungkapkan sebagai salah satu blok dengan kemampuan produksi terbesar di tanah air. Jadi wajar jika blok Rokan banyak peminatnya.
"Itu paling berat (keputusan blok Rokan). Banyak peminatnya, kalau banyak peminatnya, ya kita lelang saja mana yang bisa memberikan benefit kepada pemerintah yang besar," kata Djoko di Kantor Kementerian ESDM, Jumat malam (11/5).
Meskipun sudah ada aturan bagi kontraktor eksisting yang mendapatkan hak untuk ajukan perpanjangan kontrak di Permen ESDM No. 23/2018, namun menurut Djoko, pemerintah tidak ada kewajiban untuk memberikan hak pengelolaan kepada kontraktor eksisting.
Yang menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan nantinya adalah kontraktor yang bisa memenuhi syarat pengelolaan yang diberikan pemerintah.
Djoko menjelaskan dalam proses pengambilan keputusan blok Rokan, jika proposal eksisting dianggap tidak bagus maka pemerintah tawarkan ke Pertamina, "Pertamina juga ajukan proposal tentunya harusnya lebih baik dari kontraktor eksisiting," ujarnya.
Apabila proposal dari Pertamina dianggap masih kurang menarik, maka pemerintah akan melelang untuk menetapkan pengelola selanjutnya yang sanggup mememuhi syarat untuk membayar signature bonus sesuai dengan aturan baru, serta pertimbangan komitmen pasti untuk berinvestasi yang dijanjikan kontraktor.
"Ada kepmen berapa signature bonusnya, lihat komitmen pasti supaya produksi bisa naik, dengan EOR dan lain-lain, karena Chevron sudah punya pengalaman Duri Steam Flood, nah kalau masih tidak menarik juga atau tidak sesuai dengan harapan pemerintah ya kita lelang, tahapnya seperti itu," papar Djoko.
Sejauh ini kata Djoko memang baru Chevron dan Pertamina yang mengajukan proposal secara resmi namun banyak kontraktor lain yang sudah menyatakan minat. "Resmi memang baru dua, tapi secara lisan nyatakan minat itu ada banyak," ungkapnya.
Ada yang baru dalam pengambilan keputusan pengelolaan blok migas terminasi kali ini yang jumlahnya 23 blok hingga tahun 2025, dimana pemerintah menargetkan bisa menetapkan keputusan pengelola blok terminasi seluruhnya pada tahun ini. Untuk Blok Rokan akan diputuskan pada Juli 2018.
"Kita terus tiap bulan (putuskan blok terminasi), terus sampai akhir tahun. Jadi, 2020 itu Juni kan, 2021 Juli, 2022 Agustus, 2023 September, 2024 Oktober, sampai 2025 Desember," tandasnya.
Sementara itu Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina mengakui bahwa blok Rokan merupakan salah satu target utama perusahaan untuk mendukung target peningkatan produksi.
"Dari awal blok-blok besar kita tertarik rokan salah satunya," ungkap Syamsu.
Namun Syamsu tidak mau sesumbar bahwa Pertamina mampu menandingi proposal pengajuan kontrak. Perusahaan hanya dipastikan siap berkompetisi untuk bisa memperbutkan hak pengelolaan Blok Rokan. "Kita lihat saja nanti, doakan saja. Juli nanti keputusannya," tandasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News