Reporter: Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Internal pemerintah masih belum satu suara soal proyek pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt (MW) dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai, proyek 35.000 MW tidak realistis.
Ia menilai, target yang paling mungkin direalisasikan dan tidak mengganggu keuangan PLN ialah sekitar 16.000 MW-18.000 MW.Namun demikian, pendapat Rizal Ramli ini tidak mendapat dukungan dari rekan-rekannya di Kementerian ESDM.
Dirjen Kelistrikan Jarman mengatakan, program kelistrikan 35.000 MW sudah sesuai dengan kebutuhan Rencana Jangka Panjang Menengah (RPJM). Sampai saat ini RPJM belum berubah. "Itu kan sudah diputuskan kabinet dan itu kan kebutuhan. Harus dibedakan antara kebutuhan dengan kemampuan PLN," kata Jarman kepada wartawan, Senin (7/9).
Hal senada diungkapkan juga Direktur Utama Sofyan Basir PT PLN (Persro). Menurutnya, revisi proyek menjadi 16.000 MW belum ada reserve margin-nya. " Itu kebutuhannya bakal lebih dari itu. Makanya itu angkanya jadi 35.000 MW," kata Sofyan.
Sofyan menambahkan, setiap tahun akan dievaluasi sesuai pertumbuhan tiap tahun, "Kalau ada pertumbuhan minus 7, ya rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) direvisi lagi," kata Sofyan. Menurutnya, sepanjang belum ada perubahan program kelistrikan 35.000 MW tetap jalan.
Menurut Sofyan, Presiden sudah menyatakan kebutuhan yang sangat perlu sekali sekitar 18.000 MW. "Tetapi itu tanpa cadangan, tanpa mati, dan tanpa perbaikan," kata Sofyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News