kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Disalip Morowali Industrial jadi produsen nikel terbesar, ini tanggapan Vale (INCO)


Senin, 19 Oktober 2020 / 15:40 WIB
Disalip Morowali Industrial jadi produsen nikel terbesar, ini tanggapan Vale (INCO)
ILUSTRASI. Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta industri nikel nasional bergeser dengan cepat. Dalam kurun waktu 4 tahun saja, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mampu menyalip posisi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam penguasaan produk nikel di Indonesia.

Manajemen INCO pun buka suara terkait dengan kondisi tersebut. Chief Financial Officer INCO Bernardus Irmanto mengakui, secara volume, produk turunan nikel yang diproduksi INCO memang tersalip oleh IMIP. Dengan model bisnis baru, IMIP sangat agresif dalam pengembangan bisnisnya. 

"Hampir setiap 12 bulan-18 bulan mereka menambah line produksi baru. Kalau kita lihat dari volume produksi, memang produksi nickel pig iron (NPI) IMIP saat ini jauh melebihi produksi Nickel Matte PT Vale," kata Bernardus kepada Kontan.co.id, Senin (19/10).

Menurut dia, penguasaan produksi nikel selayaknya tidak hanya dilihat dari sisi volume. Melainkan harus juga dilihat dari jenis produk yang dihasilkan, serta serapan dan prospek pertumbuhan industri hilir untuk jenis produk tersebut. Adapun, rata-rata produksi INCO dalam lima tahun terakhir ialah sekitar 76.000 ton.

Baca Juga: Harga nikel terangkat pemulihan ekonomi global, simak rekomendasi saham berikut

"NPI saat ini semuanya akan diserap oleh produsen baja nirkarat, yang merupakan fokus dari beberapa perusahaan yang membangun smelters di IMIP. Sedangkan nickel matte lebih memiliki optionality, bisa diproses lanjut dan diserap oleh berbagai industri," terang Bernardus.

Merujuk pada data yang dipaparkan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, pada tahun 2014, produksi nikel masih dikuasai oleh Vale dengan porsi 77%. Disusul Antam dengan 19% dan perusahaan lainnya sebanyak 3%. 

Namun, peta industri hilir nikel hingga produk setengah jadi (intermediate product) itu telah berubah dengan drastis. Pada 2018, IMIP sudah menguasai 50% dari produksi hilir nikel di Indonesia. 

Porsi Vale pun susut jadi 22% dan Antam hanya 5% saja. Perusahaan nikel BUMN itu bahkan sudah tersalip oleh Virtue Dragon yang memegang porsi produksi nikel sebesar 11%, Harita Group 6% dan perusahaan lainnya sebanyak 6%.

"Apa yang terjadi pada 2023, pasti komposisinya akan berubah drastis lagi. Luar biasa perkembangannya," ungkap Irwandy dalam webinar tentang pemanfaatan nikel yang digelar Selasa (13/10).




TERBARU

[X]
×