kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Disalip Morowali Industrial jadi produsen nikel terbesar, ini tanggapan Vale (INCO)


Senin, 19 Oktober 2020 / 15:40 WIB
Disalip Morowali Industrial jadi produsen nikel terbesar, ini tanggapan Vale (INCO)
ILUSTRASI. Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Senada dengan Irwandy, Bernardus juga optimistis pasar nikel akan semakin berkembang. Meski industri stainless steel masih mendominasi, tapi industri baterai dan mobil listrik mendorong pengembangan industri nikel. Merujuk pada sejumlah analis, Bernardus menyampaikan bahwa pada tahun 2030 pasar nikel dunia bisa naik dua kali lipat.

"Dengan catatan bahwa adopsi mobil listrik seperti yang diharapkan. Pasar stainless steel akan tetap tumbuh tapi diperkirakan tidak akan signifikan," kata Bernardus.

Dengan melihat proyeksi tersebut, pabrik pengolahan bijih nikel yang diharapkan tumbuh adalah HPAL, yang akan memproses bijih limonite menjadi MHP dan MSP. Selanjutnya, akan diolah menjadi nikel sulphate sebagai bahan precursor baterai. Namun, saat ini proyek pengembangan HPAL masih terbatas.

Baca Juga: Masuk Konsorsium BUMN, Antam (ANTM) Garap Proyek Baterai Nikel US$ 12 Miliar

INCO pun sedang berinvestasi untuk mengembangkan pabrik HPAL. "PT Vale adalah satu perusahaan yang akan berinvestasi dalam pengembangan pabrik HPAL dengan menggandeng Sumitomo," sebut Bernardus.

Lebih lanjut, dia pun menyambut positif adanya ketertarikan Tesla yang dikabarkan akan membangun pabrik baterai di Indonesia. Namun, Bernardus menekankan bahwa rencana tersebut harus disikapi dengan hati-hati mengingat Tesla sangat concern terhadap isu lingkungan dan pasokan nikel yang berkelanjutan.

"Jadi perlu dipikirkan bagaimana Indonesia bisa memainkan peran strategis dalam percaturan bisnis batterai mobil listrik dengan tetap mengedepankan aspek sustainability," kata Bernardus.

Sebagai informasi, merujuk pada data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton. Sedangkan total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton.

Lalu, neraca cadangan bijih nikel hingga Juli 2020 tercatat sebesar 4,34 miliar ton. Sementara total cadangan logam nikel sebesar 68 juta ton. Data tersebut dikumpulkan dari 328 lokasi di Indonesia. Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara menjadi tiga provinsi dengan sumber daya dan cadangan nikel terbesar.

Adapun, saat ini terdapat 292 perusahaan nikel yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 4 perusahaan yang memegang Kontrak Karya (KK). Saat ini terdapat 11 smelter nikel eksisting dengan berbagai jenis produk yang dihasilkan, dan masih ada 18 proyek smelter nikel lainnya yang sedang dibangun.

Baca Juga: Gandeng perusahaan China dan Korea, konsorsium MIND ID akan bangun dua pabrik baterai

Mengutip data Ditjen Minerba Kementerian ESDM, produksi olahan nikel pada tahun 2019 mencapai 1,78 juta ton. Melesat sekitar dua kali lipat dari produksi pada tahun 2018 yang sebesar 857.166 ton. Pada tahun, rencana produksi olahan nikel mencapai 2.023.490 ton.

Selanjutnya: Geser ANTM dan INCO, Morowali Industrial (IMIP) kuasai 50% pasar nikel nasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×