Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pembentukan holding BUMN pertambangan untuk mengambil divestasi saham 51% PT Freeport Indonesia (PTFI) sepertinya masih akan jauh pelaksanaannya. Pasalnya, masih ada hal teknis yang dibicarakan antara Freeport McMoRan Inc dengan Rio Tinto.
Sebab, seperti diketahui, Rio Tinto merupakan pemegang paticipating interest (PI) di Freeport Indonesia sebanyak 40%. Nah, dari PI itu, apakah Rio Tinto mau mengkonversinya menjadi saham sehingga bisa dilebur kedalam divestasi 51% yang akan diambil oleh holding BUMN pertambangan.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Fajar Harry Sampurno mengatakan, mengenai pengambilan divestasi saham 51% sekarang ini masih terjadi perundingan mengenai hal teknis antara Freeport dengan Rio Tinto.
Dia berkisah bahwa sebelumnya, Rio Tinto memiliki perjanjian dengan Freeport Indonesia pada tahun 1990-an mengenai pendanaan dan pengoperasian. Sehingga, dalam operasional tambang Grassberg, Tembagapura terbagi dalam dua pemegang kendali 40% milik Rio Tinto dan 60% milik Freeport McMoRan.
"Nah apakah 40% dikonversi jadi saham dulu, apakah itu bisa diambil sebelumnya, apakah Inalum (holding BUMN pertambangan) yang akan ambil dulu?" kata Fajar saat konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (24/11).
Yang jelas, kata Fajar, untuk detil pengambilan divestasi saham 51% itu belum sampai pada level operasional, karena masih berkutat antara pemerintah dengan Freeport McMoRan. "Tapi 51% sudah pasti, bentuknya seperti apa yang masih dibicarakan. Yang kita selamatkan saat ini 9,36% (saham pemerintah) kita inbreng-kan, alihkan, serahkan ke holding BUMN pertambangan dulu," tandasnya.
Terkait dengan pembentukan holding BUMN pertambangan, Fajar menyatakan bahwa holding ini akan efektif ketika akta inbreng saham ditandatangani oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Holding juga menunggu Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) anggota holding yaitu PT Aneka Tambang (Antam), PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Timah (Tbk) yang akan dilaksanakan pada 29 November 2019.
"Terjadinya (Holding) di akta inbreng, apakah hari ini atau Senin ditandatangani. Tapi itu akan dimintakan persetujuan RUPS," tandasnya.
Aset holding sampai Rp 200 triliun
Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, konsolidasi aset holding BUMN pertambangan tanpa mengakuisisi divestasi saham 51% Freeport Indonesia, total aset yang akan diperoleh mencapai Rp 89 triliun - Rp 90 triliun.
"Itu dengan kita sudah punya 9,36% (milik pemerintah) yang akan di-inbreng ke Inalum," ungkapnya di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (24/11).
Nah, kata Arie, kalau dengan tambahan divestasi saham 51% Freeport Indonesia, aset diperkirakan mencapai Rp 200-an triliun. "Walau itu tergantung negosiasinya nanti (valuasi saham)," tandasnya.
Dengan begitu, jika dihitung jumlah aset itu, valuasi divestasi saham 51% Freeport Indonesia sudah bisa diketahui yakni sekitar Rp 110 triliun (Rp 200 dikurangi Rp 90 triliun).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News