kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Dollar jadi momok utama TV berbayar


Kamis, 05 Februari 2015 / 09:45 WIB
Dollar jadi momok utama TV berbayar
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Industri televisi (TV) berbayar menghadapi tantangan pelik tahun ini. Tantangan tersebut datang dari siaran TV gratis alias  free to air (FTA) serta laju dollar AS yang terus menguat.

Menurut Direktur Utama Aora TV Guntur Siboro,  pemain TV berbayar harus menyiapkan strategi sejak dini supaya tidak merugi. Salah satunya menyiapkan konten yang bisa menyaingi program TV gratis. "Sebab, TV berbayar dan FTA sama-sama menjual konten," katanya kepada KONTAN, Rabu (4/2).

Selain itu, konten di TV gratis rata-rata beban operasionalnya memakai rupiah karena biasanya diproduksi sendiri. Beda dengan konten TV berbayar yang kebanyakan membeli dari pihak asing. "Ada tiga cost (pengeluaran) terbesar yang memakai dollar di TV berbayar. Yakni konten, transponder, dan dekoder. Hal ini akan semakin memberatkan karena pendapatan bukan dollar," paparnya.

Untuk menyiasatinya, industri TV berbayar perlu membuat konten loal dan bernegosiasi harga beli konten asing. Selain itu, perlu dukungan pemerintah supaya dekoder bisa buatan lokal. Saat ini, dekoder masih impor dari China dan Korea Selatan.

Karena tantangan inilah, Aora TV tak berani mengungkap target pertumbuhan bisnis. Guntur hanya berujar, pelanggan Aora TV saat ini mencapai 100.000 pelanggan.

Sementara itu, Transvision justru optimistis bisa menguasai pasar TV berbayar tahun ini. Marketing & Sales Director Transvision Brando Tengdom menyatakan, Transvision menargetkan mampu mendekap 1,4 juta pelanggan tahun depan. Akhir tahun lalu sudah mencapai 800.000 pelanggan. "Kami perkuat program buatan sendiri, konten sangat menarik sehingga kami yakin bisa menjadi leader di sini," timpal dia.

Begitupun dengan MNC Sky Vision yang yakin bisa menjaring tiga juta pelanggan tahun ini. Caranya, tak jauh berbeda dengan pemain lainnya, yakni memperkuat porsi inhouse channel.

Berdasar data Nielsen, sebanyak 64% pelanggan TV berbayar menonton konten yang disediakan FTA. Sedangkan 24% penonton TV berbayar meminati konten asing. Saat ini ada 4,67 juta pelanggan berbayar. Angka sudah mampu mencul 5% dari total kepemilikan TV di rumah tangga Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×