Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen garmen, PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) optimistis bakal mendapatkan keuntungan dari penguatan dollar AS terhadap rupiah dengan menggenjot penjualan ekspornya. Apalagi RICY sudah memiliki pasar ekspor sebelumnya.
Namun demikian, Tirta Heru Citra, Direktur Ricky Putra Globalindo mengatakan kenaikan ekspor tidak bisa seketika. "Memang dengan menguatnya dollar AS bagus buat ekspor karena pendapatan kami bisa lebih banyak, tapi kenaikan ekspor juga tidak bisa instan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (12/9).
Kata Tirta, setiap tahunnya RICY tetap menargetkan pertumbuhan penjualan ekspor dobel digit. "Setidaknya tiap tahun ekspor akan tumbuh 10%-15%," sebutnya.
Peningkatan ekspor bukan tanpa tantangan. Manajemen RICY mengakui, saat ini harga bahan baku garmen juga tengah naik. "Sebab kapas kami impor dari luar karena tidak ada kapas yang bisa dipakai untuk raw material kami," kata Tirta.
Menilik laporan keuangan semester-I 2018, RICY membukukan kenaikan pembelian bahan baku hingga 57% dari Rp 348 miliar di semester-I 2017 menjadi Rp 547 miliar di paruh pertama tahun ini. Adapun penjualan bersih tetap tumbuh tinggi yakni 29% menjadi Rp 941 miliar.
Meski harga pokok penjualan naik 26% dari Rp 741 miliar menjadi Rp 941 miliar, namun laba bruto RICY masih terkerek 12,5% menjadi Rp 162 miliar. Hanya saja di paruh pertama tahun ini, RICY menelan rugi selisih kurs senilai Rp 22 miliar. Padahal semester-I tahun lalu RICY masih meraup laba kurs Rp 2,7 miliar.
Sampai Juni 2018 kemarin, penjualan lokal masih mendominasi revenue sekitar 85%. Mayoritas diisi oleh produk garmen underwear senilai Rp 231 miliar, naik 8,9% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 212 miliar.
Sedangkan ekspor mayoritas diisi penjualan garmen underwear dan pakaian luar senilai Rp 149 miliar. Produk underwear mendominasi segmen ekspor senilai Rp 133 miliar, sedangkan pakaian luar dan spinning masing-masing Rp 15 miliar dan Rp 1 miliar.
Menurut Tirta, 95% tujuan ekspor RICY ke Jepang. Apakah ada keinginan menambah tujuan ekspor baru? "(Saat ini) belum berencana membuka peluang ke negara lain, tujuan ekspor sebagian besar masih Jepang," terangnya.
RICY memiliki dua pabrik di Jawa Barat. Pabrik di Cicalengka, Bandung berkapasitas produksi 60.000 bales yarn per tahun, sedangkan pabrik di Citeureup, Bogor berkapasitas produksi 30.000 potong pakaian dalam pria.
RICY juga menjalankan produksi di pabrik garmen Tegal, Jawa Tengah. Pabrik berkapasitas produksi 5.000 lusin per bulan itu, mereka sewa sejak 2017. Untuk menunjang kegiatan bisnis tahun 2018, Ricky Putra mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 20 miliar untuk meremajakan mesin produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News