Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Kepastian kelanjutan proyek Donggi-Senoro memang dinantikan banyak pihak. Betapa tidak, meski belum beroperasi, blok gas di Sulawesi Tengah ini sudah menelan dana sangat besar.
Direktur Utama Medco E&P Indonesia Budi Basuki menyatakan, tersendatnya proyek ini bisa membuat konsorsium merugi. Kerugian terbesar diderita Mitsubishi Corporation. "Mitsubishi sudah mengeluarkan dana US$ 80 juta," kata Budi kepada KONTAN, pekan lalu.
Sebagai catatan, lapangan yang bisa memproduksi 455 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd ) ini dikelola konsorsium Donggi Senoro LNG. Konsorsium ini beranggotakan Mitsubishi dengan kepemilikan saham 51%, PT Pertamina Persero 29% dan PT Medco Internasional Tbk 20%.
Kekhawatiran Budi ini memang beralasan. Sebab, selain biaya investasi yang besar, keterlambatan Donggi Senoro juga bisa membuat gas dari lapangan ini tidak ekonomis. Celakanya, hingga kini pemerintah tak kunjung memutuskan nasib proyek senilai US$ 3,7 miliar itu. Bahkan, pemerintah belum memutuskan berapa banyak gas Donggi yang bisa diekspor dan berapa untuk keperluan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News