Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Phapros Tbk (PEHA) yang merupakan bagian dari holding BUMN farmasi menjadikan program green energy sebagai salah satu kebijakan dan standar produksinya. PEHA menyebutkan, pemanfaatan teknologi adalah mutlak menjadi syarat utama dalam menjaga kelestarian lingkungan sebagai unsur ekonomi hijau.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko mengatakan, saat ini tingkat emisi karbon secara global sudah sangat tinggi sehingga mendorong negara-negara yang tahun lalu menggelar Konferensi Perubahan Iklim (COP 26) berkomitmen menurunkan sampai level nol karbon (net-zero carbon). Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan sektor industri berupaya untuk terus mencapai target tersebut hingga tahun 2060.
Pada sektor farmasi, Phapros berupaya mewujudkan target tersebut melalui program-program yang sudah menjadi komitmen perusahaan dalam mengusung konsep green energy.
“Salah satunya adalah mengonversi energi BBM solar ke CNG (Compressed Natural Gas) yang didukung dengan penggunaan green chiller hydrokarbon dan panel solar. Hasilnya, Phapros berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 790 ton per tahun,” tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis (14/7).
Baca Juga: Menkes Minta 50% Hulu Hilir Kebutuhan Obat Dipenuhi dari Dalam Negeri
Menurutnya, energi hijau tidak melulu berbicara tentang karbon dioksida saja, namun juga tentang sumber daya air yang harus dihemat agar tidak terjadi pemborosan untuk produksi. PEHA juga berupaya menurunkan konsumsi penggunaan air dengan memanfaatkan teknologi washing steriline pada fasilitas produksi produk injeksi Phapros.
“Kami melakukan modifikasi pada mesin-mesin tersebut sehingga berhasil menurunkan konsumsi air hingga 50% atau 225.000 liter per tahun,” terangnya.
Tidak hanya itu, Phapros juga memanfaatkan generator N2 dan O2 untuk mereduksi penggunaan waste tabung gas.
Secara umum, Hadi menyampaikan, komitmen untuk energi hijau ini telah meningkatkan efisiensi perusahaan sebesar 12,9% per tahun. Tentu ini merupakan suatu hal yang sangat positif bagi sebuah perusahaan farmasi yang identik dengan polusi karbon dalam kegiatan manufakturnya.
“Sebagai bukti komitmen Phapros atas green business dan sustainability, kami telah memperoleh Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 8 kali sejak 2012 – 2020 ” kata Hadi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim telah menjadi agenda prioritas nasional dalam kegiatan pembangunan di Indonesia. Pemerintah telah menyampaikan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dalam kurun waktu tersebut.
“Phapros ingin membantu pemerintah mencapai target tersebut. Dan apa yang telah Phapros upayakan saat ini bukanlah titik akhir. Kami akan terus berinovasi dalam mengurangi emisi gas karbon pada proses produksi sehingga nantinya dalam jangka panjang kita bisa berkontribusi terhadap perbaikan iklim dunia,” ujarnya.
Baca Juga: Ini Strategi Emiten Farmasi Saat Rupiah Masih Betah di Sekitar Rp 15.000 Per Dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News