kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorong pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, berikut strategi PLN


Senin, 27 Juli 2020 / 07:53 WIB
Dorong pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, berikut strategi PLN
ILUSTRASI. Ilustrasi energi baru terbarukan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus melakukan transformasi dengan mendorong penggunaan energi rendah karbon yang ramah lingkungan, khususnya dengan memanfaatkan energi baru terbarukan dalam penyediaan energi listrik.

Melalui salah satu aspirasi utama dalam transformasi PLN, yaitu green, PLN memiliki beberapa strategi untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Di antaranya adalah implementasi co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah beroperasi, program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomassa, sampai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang sudah ada untuk membangkitkan listrik.

Baca Juga: Dorong pemanfaatan PLTA, Kemenko Maritim dan Investasi ambil alih tim evaluasi tarif

“Kami berinovasi dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada guna meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan,” ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam siaran pers di situs PLN, Sabtu (25/7).

Di menambahkan, co-firing juga dikembangkan oleh PLN di beberapa PLTU, seperti PLTU Paiton berkapasitas 2×400 megawatt (MW) yang menggunakan olahan serbuk kayu serta PLTU Ketapang berkapasitas 2×10 MW dan PLTU Tembilahan berkapasitas 2×7 MW yang menggunakan olahan cangkang sawit.

Metode co-firing dilakukan dengan mencampurkan olahan tersebut sebesar 5% dari total kebutuhan bahan bakar.

Sementara itu, PLN mencatat terdapat 1,3 Gigawatt (GW) kapasitas PLTD yang dapat dikonversi menjadi PLT Biomassa.

PLN juga mendorong pembangunan PLTS Terapung berkapasitas besar dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang ada di Indonesia.

Sebagai contoh, pada Januari lalu, PLN telah menandatangani kontrak jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dengan Konsorsium PT PJBI-Masdar untuk membangun PLTS Terapung di Cirata, Jawa Barat dengan total kapasitas mencapai 145 MW. Pembangunan PLTS ini akan dimulai pada awal 2021 dan akan menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara.

Terkait PLTS tersebut, PLN berhasil mendapatkan tarif EBT yang tergolong murah yaitu US$ 5,8 sen per kWh.

“Ke depan kami akan mendorong pembangkit seperti ini dan pastinya dengan harga yang lebih murah,” tambah Zulkifli.

Saat ini, PLN juga tengah mengembangkan Renewable Certificate Energy (REC). REC akan ditawarkan kepada pelanggan yang memiliki komitmen penggunaan EBT yang mana setiap penggunaan 1 mWh EBT akan mendapatkan 1 unit REC.

Selain penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, PLN juga menyiapkan infrastruktur untuk mendukung kehadiran kendaraan listrik. PLN pun telah melakukan inovasi menghadirkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listirik Umum (SPKLU).

Baca Juga: Banyak Proyek PLN Tertunda, PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) Cari Opsi Lain

“Pengembangan EBT bukan semata pemenuhan target pemerintah, tetapi dilakukan sebagai tanggung jawab PLN untuk generasi mendatang,” pungkas Zulkifli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×