Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ia melanjutkan, biaya investasi pada proses eksplorasi panas bumi memang tergolong tinggi sehingga kurang menarik minat para investor.
Hal tersebut dibarengi pula dengan kompensasi yang diperoleh badan usaha melalui harga listrik panas bumi yang dinilai belum sesuai dengan keekonomian.
"Dampaknya, penawaran WKP oleh pemerintah kurang diminati," ungkap Ida.
Baca Juga: Permen ESDM Nomor 4/2020 tentang energi terbarukan terbit, apa saja poinnya?
Ida melanjutkan, pengembangan panas bumi memiliki tingkat risiko yang berbeda di setiap tahapan. Ketersediaan data geosains sebelum pengeboran eksplorasi panas bumi akan menentukan tingkat keberhasilan pengeboran sumur panas bumi.
Selain itu, ketersediaan data 3G dan magnetotellurik serta landaian suhu diklaim dapat menurunkan kegagalan pengeboran menjadi 50%.
"Keberhasilan pengembangan panas bumi akan meningkat secara signifikan setelah dilakukan pengeboran eksplorasi, yaitu drilling success ratio meningkat dari 40-50% menjadi 70-80%," tandas Ida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News