Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tawaran kerjasama Program Tanam Serentak PT Wilmar Padi Indonesia (WPI), grup Wilmar disambut hangat oleh petani. Dalam program ini, perusahaan menyediakan berbagai keperluan musim tanam dan memberikan pendampingan, termasuk menyerap seluruh hasil panen.
Sutrisno, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur, Desa Kartoharjo, Ngawi adalah salah satu petani yang sudah dua kali musim tanam bermitra dengan WPI.
Menurut Sutrisno, selama bermitra, mereka memperoleh pendapatan yang lebih baik, terutama saat harga jual gabah kering panen (GKP) sedang tinggi seperti saat ini sebesar Rp 5.000 per kilogram (kg). Meski harga itu masih dikurangi biaya operasional Rp 350 - Rp 400, per kg. Bahkan pada musim panen sebelumnya dengan harga gabah Rp 4.200 per kg, mereka tetap untung.
“Itu pun kami masih diperbolehkan membawa pulang 10% dari hasil panennya,” kata Sutrisno dalam keterangannya, Jumat (10/9).
Baca Juga: Wilmar gandeng petani gelar tanam padi di lahan seluas 148 ha
Petani juga tidak perlu kebingungan memperoleh pupuk, pestisida, dan benih karena telah disediakan perusahaan dengan sistem Yarnen (bayar setelah panen). Dalam pendampingan tersebut, mereka menggunakan Pupuk Mahkota yang diproduksi WPI dan hasilnya meningkat minimal 11% hingga 33%.
Sutrisno membandingkan kondisi sebelum bermitra dengan WPI. Selain harus mengalami kendala dalam memperoleh kebutuhan saat musim tanam, petani juga harus berhadapan dengan tengkulak. Mereka seringkali dirugikan karena kurangnya pilihan calon pembeli hasil panen.
Pihaknya berharap dapat seterusnya bermitra dengan WPI. Hal itu juga yang membuat jumlah anggota Gapoktan bertambah menjadi 132 petani dengan luas lahan garapan 77 hektare (ha). Sebelumnya, jumlah anggota hanya 23 orang dengan luas lahan garapan 20 ha. “Harapan kami adalah bisa sejahtera seterusnya, jangan susah lagi,” tutur Sutrisno.
Peningkatan pendapatan juga dirasakan Sanaji, anggota Kelompok Tani Ngijingan, Desa Purwojati, Mojokerto. Sebelum bermitra, dia mengeluarkan biaya Rp 3 juta untuk keperluan tanam di lahan seluas 1,3 ha. Setelah bermitra, dia menghabiskan Rp 7 juta untuk keperluan musim tanam.
Namun, setelah panen dia memperoleh hasil hingga 6,3 ton GKP dibanding sebelumnya yang hanya 4,7 ton. “Saya untung seru (sekali),” kata Sanaji.
Pihaknya sangat mengapresiasi pendampingan yang dilakukan perusahaan karena dilakukan oleh tenaga berpengalaman, sehingga petani banyak memperoleh informasi. Sebab, mereka masih sering menemui kendala, seperti batang padi yang roboh sehingga hasilnya kurang maksimal.
Baca Juga: Berkat efisiensi, laba bersih Wilmar Cahaya (CEKA) melejit 218% di kuartal III 2019
“Kami berharap di musim tanam yang akan datang ada benih padi yang lebih kuat,” ujar dia.
Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia Saronto menjelaskan, kemitraan dengan petani bertujuan agar mereka ikut sejahtera karena mendapatkan harga beli yang layak. Selain itu, pendampingan yang diberikan dimaksudkan agar mereka dapat mempratikkan kaidah pertanian dengan baik sehingga memperoleh hasil optimal. “Melalui pendampingan hasil panen diharapkan sesuai dengan standar perusahaan,” kata Saronto dalam siaran pers.
Sebelumnya, kelompok petani mitra perusahaan telah memanen di lahan tanam seluas 144 ha. Rencananya, mereka akan kembali panen serentak di lahan seluas 500 ha di tiga kabupaten, yaitu Mojokerto, Ngawi, dan Madiun.
Ke depan, perusahaan berencana memperluas program kemitraannya di beberapa daerah di Indonesia. Program ini memperoleh dukungan dari masing-masing pemerintah daerah karena dinilai membantu meningkatkan produksi tanaman pangan.
Selanjutnya: Perusahaan Hartati Murdaya ajukan PKPU ke entitas Wilmar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News