Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Ini bisa mejadi kabar buruk bagi petani karet dan industri olahan karet di dalam negeri. Dua perusahaan ban dunia, yaitu Cooper dan Continental memutuskan untuk berhenti memakai karet sebagai bahan baku ban.
Hal ini dinilai mengkhawatirkan mengingat Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia. "Di Amerika Serikat ada perusahaan ban namanya Cooper. Lalu di Jerman namanya Continental. Mereka sudah berhenti pakai karet sebagai bahan baku ban," kata Aziz Pane, Ketua Dewan Karet Indonesia, Rabu (26/8).
Ia mengatakan, Cooper mengganti karet dengan rumput padang pasir di Colorado sebagai bahan baku. Sedangkan Continental menggunakan rumput dandelion Siberia untuk mengganti karet sebagai bahan baku.
Padahal, sebelumnya kedua perusahaan itu menggunakan karet mentah dari Indonesia. Namun ia mengaku, tidak tahu persis berapa besar volume dan nilai karet yang dipasok kedua perusahaan itu.
Ia menilai, peralihan karet ke bahan baku lain merupakan inovasi dalam rangka menekan ongkos logistik mereka. "Kita lihat bahan baku pengganti karet mereka itu sekarang dekat dengan mereka, satu daratan. Tidak perlu impor karet jauh dari Indonesia. Mereka berinovasi untuk turunkan biaya logistik," ujar Aziz.
Aziz yang juga merupakan Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia mengatakan, hal ini merupakan peringatan bahwa ekspor karet ban bakal memasuki tren penurunan. "Dua perusahaan itu besar, tren mengganti karet itu bisa saja meluas ke perusahaan-perusahaan lain," ujar Aziz.
Bahkan, ia juga memperoleh informasi bahwa pada 2017, karet mulai ditinggalkan dunia sebagai bahan baku ban. "Padahal 85% karet mentah Indonesia itu produk hilirisasinya adalah ban," ujar Aziz.
Ke depan, industri karet dan turunannya harus berinovasi agar produk hilirisasi karet tidak melulu hanya ban. Agar saat penjualan ban melesu, masih ada produk hilir lain yang masih bisa diandalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News