kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Semester I, ekspor karet melorot 3,1%


Jumat, 07 Agustus 2015 / 15:11 WIB
Semester I, ekspor karet melorot 3,1%


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Lesunya perekonomian dunia berdampak terhadap ekspor komoditas asal Indonesia. Salah satu komoditas ekspor yang terkena dampaknya adalah karet alam. Data Kementerian Pertanian (Kemtan) menyebut, ekspor karet sepanjang semester I ini sebanyak 1,303 juta ton. Jumlah itu turun 3,1% dari periode sama tahun 2014 yang sebesar 1,345 juta ton.

Direktur Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan (DJP) Kemtan Dedi Junaedi mengatakan, produksi karet semester pertama ini mengalami penurunan karena banyak petani karet alih profesi di tengah anjloknya harga karet di pasaran.

Kondisi ini menyebabkan produksi karet merosot. "Hampir sebagian besar komoditas ekspor di Indonesia memang turun, termasuk karet," ujar Dedi di Kemtan, Jumat (7/8).

Menurutnya, pemerintah terus mendorong petani agar mau menyadap karet lagi sehingga produksi kembali meningkat. Untuk mengerek harga karet, pemerintah berusaha menggenjot konsumsi karet dalam negeri.

Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemdag) menargetkan konsumi karet nasional tahun ini naik menjadi 700.000 ton dari sebelumnya 600.000 ton. Sektor infrastruktur diharapkan bisa menyerap lebih banyak produksi karet dalam negeri.

Apalagi saat ini pemerintah tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Menurutnya, karet bisa digunakan untuk campuran aspal agar tahan lama. Selain itu, bisa juga untuk bantalan sandaran kapal di pelabuhan dan di gedung-gedung agar tahan gempa.

Ia mengambil contoh di Jepang yang telah memiliki teknologi mencampur karet dengan aspal dan pembangunan gedung. Ketua Bidang Keuangan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Martinus S. Sinarya mengatakan, saat ini permintaan karet di pasar dunia memang melemah.

China yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor karet juga tengah mengalami perlambatan ekonomi. Akibatnya harga karet di pasar global pun melorot ke level US$ 1,3 per kilogram (kg). Bulan lalu harga sempat mencapai US$ 1,6 per kg hingga US$ 1,7 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×