Reporter: Handoyo, Tri Sulistiowati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Harga komoditas gandum di pasar internasional terus merangkak naik. Jika pada pertengahan Mei 2012 harga gandum di Chicago Board of Trade (CBOT) hanya US$ 6,125 per bushel (satu bushel gandum setara 27,2 kilogram), kemarin (23/7) telah melonjak 51% menjadi US$ 9,25 per bushel untuk pengiriman September 2012.
Kenaikan harga gandum ini akan dipastikan bakal menaikkan harga jual tepung terigu dalam negeri juga. Apalagi, "Produsen terigu dalam negeri 100% bergantung pada gandum impor," kata Natsir Mansyur, Ketua Umum Pedagang Gula dan Terigu Indonesia (Apegti), Senin (23/7).
Salah satu produsen tepung terigu yang telah menaikkan harga jual adalah PT Golden Grand Mills (G2M). Menurut Sunardi Theophilus, Direktur Utama Golden Grand Mills, saat ini harga tepung terigu yang diproduksi Golden Grand Mills mencapai Rp 130.000 per karung atau seberat 25 kg. Harga ini naik 18% dibanding harga dua minggu lalu Rp 110.000 per karung.
Kenaikan harga terigu ini, menurut Sunardi, masih akan terus berlanjut seiring masih berlangsungnya kenaikan harga gandum dunia. Sunardi memperkirakan, bila harga gandum terus membumbung maka harga tepung terigu akan menembus angka Rp 140.000 per karung. "Masih mungkin berlanjut," katanya.
Kenaikan harga sebesar 18% ini, menurut Sunardi, masih wajar. Dia mengaku tidak dapat menaikan harga jual tepung terigu terlalu tinggi untuk bisa bersaing dengan tepung terigu lain di dalam negeri. Dia bilang, dengan kenaikan harga gandum yang mencapai 51%, idealnya harga jual tepung terigu yang sesuai dengan harga pokok produksi (HPP) adalah sekitar 40%, atau Rp 154.000 per karung.
Kenaikan berbeda-beda
Golden Grand Mills adalah perusahaan patungan antara investor Turki dengan PT Makmur Sejuta. Perusahaan ini memproduksi tepung terigu bermerek Sonas, Pohon Mas, dan Solamas. Memakai bahan baku gandum dari Australia, Golden Grand Mills memiliki kapasitas produksi hingga 216.000 metrik ton per tahun, atau 600 ton per bulan.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengaku tidak bisa memastikan berapa besar efek kenaikan harga yang akan dibebankan pengusaha ke konsumen dari tiap-tiap produsen. "Setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing," katanya. Walau naik tinggi, Ratna mengaku belum menerima keluhan dari anggotanya.
Salah satu produsen tepung terigu lain yang tidak mau disebut mengaku telah menaikkan harga tepung terigu hingga 10% menjadi Rp 120.000 sampai Rp 160.000 per karung. "Harga gandum naik luar biasa," katanya.
Namun kenaikan itu belum menyentuh produk makanan berbasis terigu dan gandum. "Kita masih biasa saja, semuanya masih normal. Kita akan lihat dulu ada pengaruhnya apa tidak," kata Franky Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur.
Data Aptindo menunjukkan, tiap tahun Indonesia rata-rata mengimpor gandum sebanyak 4 juta ton dan tepung terigu sebanyak 500.000 ton. Kenaikan harga gandum internasional tidak lepas dari kondisi iklim kering yang melanda wilayah Amerika Serikat, Rusia, Argentina, Australia dan beberapa negara produsen jagung dan kedelai.
Menurut Sunardi, akibat kekeringan yang melanda di beberapa negara tersebut, produksi jagung, kedelai, dan gandum turun sehingga harganya meningkat. "Musim kemarau membuat produksi gandum turun hingga 20%," katanya. Penurunan produksi jagung dan kedelai semakin mendorong kenaikan harga gandum, sebab gandum adalah produk substitusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News