kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.849   -29,00   -0,17%
  • IDX 6.436   -5,95   -0,09%
  • KOMPAS100 921   -1,93   -0,21%
  • LQ45 718   -5,10   -0,71%
  • ISSI 203   0,95   0,47%
  • IDX30 375   -2,88   -0,76%
  • IDXHIDIV20 455   -3,75   -0,82%
  • IDX80 104   -0,51   -0,49%
  • IDXV30 111   -0,85   -0,76%
  • IDXQ30 123   -0,75   -0,61%

Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diproyeksi Lesu pada Ramadan 2025


Senin, 24 Februari 2025 / 14:47 WIB
Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diproyeksi Lesu pada Ramadan 2025
ILUSTRASI. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdan menyatakan, sektor pemerintah memiliki porsi yang cukup besar terhadap permintaan penyelenggaraann acara buka puasa bersama di hotel.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Industri perhotelan diproyeksikan melesu pada momentum Ramadan dan Lebaran kali ini. 

Hal tersebut merupakan imbas dari efisiensi anggaran pemerintah yang ikut menekan permintaan penyewaan ruang meeting untuk acara buka puasa bersama di sektor pemerintahan. 

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdan menyatakan, sektor pemerintah memiliki porsi yang cukup besar terhadap permintaan penyelenggaraann acara buka puasa bersama di hotel. 

“Kementerian, lembaga, Pemerintah Daerah (Pemda), dan BUMN kemungkinan mereka tidak melakukan kegiatan. Jadi kemungkinananya Ramadan tahun ini lebih sepi dari tahun lalu,” ungkap Hariyadi, ketika dihubungi, Jumat (21/2). 

Baca Juga: Menilik Dampak Efisiensi Belanja Pemerintah pada Industri Hotel dan Restoran di 2025

Dengan demikian, para pebisnis hotel harus lebih gencar mencari pelanggan dari sektor non pemerintahan untuk mengisi kekosongan tersebut. 

Saat ini para pebisnis hotel lebih fokus untuk memaksimalkan pelanggan dari sektor lainnya, seperti korporasi dan komunitas. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja walaupun tidak signifikan.

“Kami coba untuk mengisi pangsa pasar pemerintah yang hilang tadi,” tambahnya. 

PHRI juga memproyeksikan, okupansi hotel di momentum Lebaran tahun ini setidaknya akan menyamai level tahun lalu yakni 70%-75%.

Meski demikian, Hariyadi masih berharap tingkat okupansi lebaran kali ini bisa meningkat dari tahun lalu, seiring dengan kebijakan pemerintah terkait diskon tarif tiket pesawat sebesar 10% pada Lebaran 2025. 

Hariyadi menuturkan, dengan adanya diskon tiket pesawat akan ada pergerakan masyarakat yang lebih banyak, sehingga mereka bisa menyewa kamar hotel lebih lama.

“Kami berharapnya akan naik dan ada pertumbuhan dan juga dari sisi moda transportasi darat bisa ditambah, seperti  kereta api ditambah gerbongnya diperbanyak frekuensinya,” sebutnya, 

Baca Juga: PHRI sebut Industri Hotel dan Restoran Bakal Hadapi Tantangan Berat

Dihubungi secara terpisah, pengamat bisnis Teguh Hidayat mengatakan, pelanggan terbesar dari sektor perhotelan bukanlah masyarakat, tapi justru pemerintah. 

Maka dari itu, dengan adanya efisiensi anggaran pemerintah tentunya akan sangat berdampak terhadap keberlangsungan industri tersebut, termasuk ketika musim Ramadan dan lebaran. 

“Selama ini juga bergantung keapda belanja pemerintah, jadi ketikla belanja pemerintah dikurangi dengan alasan efisiensi, ya bakal kurang bagus prospeknya di 2025,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×