kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.439.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.405   30,00   0,19%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Industri Manufaktur Lokal Lesu, Kegiatan Ekspor dan Impor Bisa Terganggu


Selasa, 03 September 2024 / 10:51 WIB
Industri Manufaktur Lokal Lesu, Kegiatan Ekspor dan Impor Bisa Terganggu
ILUSTRASI. Lesunya kinerja industri manufaktur dalam negeri berpotensi mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor nasional.ANTARA FOTO/Jojon/rwa.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya kinerja industri manufaktur dalam negeri berpotensi mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor nasional.

Laporan S&P Global menunjukkan, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 48,9 pada Agustus 2024 atau turun 0,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya yakni 49,3. 

Artinya, sudah dua bulan beruntun industri manufaktur nasional terjerembab di zona kontraksi. PMI pun sebenarnya telah mengalami tren penurunan selepas Maret 2024 hingga kini.

Baca Juga: PMI Manufaktur Anjlok, Menperin: Belum Ada Kebijakan Signifikan untuk Industri

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro menyampaikan, penurunan PMI Agustus 2024 mencerminkan tren para pelaku usaha manufaktur yang sedang kesulitan menembus pasar ekspor. 

Sebab, permintaan produk dari luar negeri sedang seret seiring ketidakpastian global.

“Permintaan sedang turun, tidak mengherankan akhirnya terjadi PHK tanpa mengganti orang baru di perusahaan Indonesia,” ujar dia, Senin (2/9).

Selain faktor permintaan, para produsen manufaktur berorientasi ekspor juga mesti merogoh kocek lebih dalam untuk mengirim produk ke luar negeri. 

Ini mengingat tarif angkutan kapal sedang mengalami lonjakan. Padahal, tanpa ada kenaikan tarif, biaya logistik Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing seperti Thailand dan Vietnam.

“Kondisi ini membuat Indonesia sulit bersaing di kancah global,” kata Toto.

Mengutip situs Satu Data Kementerian Perdagangan (Kemendag), ekspor industri pengolahan Indonesia tumbuh tipis 0,42% year on year (yoy) menjadi US$ 91,84 miliar pada Januari—Juni 2024. 

Sementara sepanjang tahun 2023 lalu, ekspor industri pengolahan turun 9,28% yoy menjadi US$ 186,94 miliar.

Sementara itu, Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengaku aktivitas impor bahan baku dan bahan penolong industri manufaktur cenderung melandai.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tren tersebut. Salah satunya adalah terlalu seringnya regulasi impor berganti, sehingga para pelaku usaha mengalami kesulitan dalam mengantisipasi perubahan tersebut.

Baca Juga: Indeks PMI Turun, API Sebut Industri Manufaktur Tidak Baik-Baik Saja

“Kalau salah antisipasi, barang yang telah diimpor justru tidak bisa diproses karena ada regulasi baru yang mengaturnya,” imbuh dia, Senin (3/9).

Selain itu, tren pelemahan rupiah yang sempat terjadi jelang akhir semester I-2024 hingga menembus di atas level Rp 16.000 per dolar AS juga membuat beban impor para produsen manufaktur membengkak. Memang, saat ini rupiah berbalik arah menjadi menguat, namun tidak serta merta langsung berefek bagi para produsen yang membutuhkan bahan baku/penolong impor.

Penurunan daya beli masyarakat juga membawa dampak bagi kinerja industri manufaktur. Dalam hal ini, produsen menjadi lebih hati-hati melakukan impor bahan baku/penolong lantaran ada kekhawatiran produk jadinya tidak terserap secara maksimal di pasar. 

“Jika pun terserap, pembayarannya juga lambat,” tandas dia.

Berdasarkan data Kemendag, impor bahan baku penolong naik tipis 0,42% yoy menjadi US$ 80,39 miliar hingga Juni 2024. Namun, pada 2023 lalu, impor bahan baku penolong berkurang 11,09% yoy menjadi US$ 161,16 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×