kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Efek perang tarif, operator tak mampu berinvestasi di proyek strategis nasional


Kamis, 28 Maret 2019 / 22:30 WIB
Efek perang tarif, operator tak mampu berinvestasi di proyek strategis nasional


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mass rapid transit (MRT) Jakarta suda melaju. Namun masih ada kendala, salah satunya sarana telekomunikasi, terutama di jalur bawah tanah MRT. Masih ada operator telekomunikasi yang enggan memasang jaringan mereka di jalur bawah tanah MRT.

Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)  Enny Sri Hartati mengatakan, proyek MRT merupakan program strategis nasional dan pionir di bidang transportasi massal modern. Seharusnya perusahaan telekomunikasi mau berkontribusi di program pemerintah tersebut dengan membangun jaringan telekomunikasi di sepanjang jalur MRT.  “Tujuannya agar masyarakat mendapatkan kenyamanan dalam berkomunikasi dan tertarik untuk menggunakan layanan umum seperti MRT,” terang Enny, dalam pernyataan tertulis, Kamis (28/3).

Salah satu keengganan operator masuk ke jalur MRT akibat tingginya biaya instalasi jaringan. Mengatasi hal ini menurut Enny, seharusnya PT MRT Jakarta dan Tower Bersama dapat transparan kepada publik terkait biaya yang dikenakan untuk setiap operator. Seharusnya, jika banyak operator tertarik membangun jaringan sepanjang jalur MRT, komponen biaya yang ditanggung oleh masing-masing operator akan berkurang. Karena biaya pembangunan jaringan telekomunikasi di MRT ditanggung renteng. “Jika memang harga sudah transparan disampaikan oleh PT MRT dan Tower Bersama, tapi  masih ada operator yang tak sanggup membayar, operator tersebut tak boleh komplain,”terang Enny.

Ketidakmampuan operator berinvestasi dengan memasang jaringannya di MRT juga sebagai akibat dari perang tarif . Walhasil  mereka kehilangan daya saing karena perang tarif ini menggerus pendapatan. Kerugian dari perang tarif tersebut sudah nampak, yaitu tidak adanya pemerataan layanan telekomunikasi. Kebanyakan operator yang ada saat ini hanya mau berinvestasi jika menguntungkan dan enggan berinvestasi jika tidak menguntungkan, seperti investasi di jalur MRT.  “Perang tarif sudah menimbulkan kerugian sosial karena operator tak mampu mendukung program pemerintah dalam pemerataan layanan dan jaringan telekomunikasi. Bahkan operator tak mampu lagi mendukung secara optimal program strategis nasional seperti menyediakan layanan telekomunikasi di jalur MRT,” terang Enny.

Enny meminta agar Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk segera meredakan perang tarif di industri telekomunikasi. Sehingga operator telekomunkasi memiliki kemampuan mendukung program strategis nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×