kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Efisiensi ketat, ABMM jaga likuiditas


Selasa, 12 Mei 2020 / 04:15 WIB
Efisiensi ketat, ABMM jaga likuiditas


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak jauh-jauh hari, PT ABM Investama Tbk (ABMM) mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 90 juta untuk tahun ini. Namun anggaran yang berasal dari kas internal tersebut kemungkinan hanya akan terserap sekitar 45%.


Dalam kondisi paceklik ekonomi karena pandemi Covid-19 seperti saat ini, ABM Investama memilih menghemat anggaran demi menjaga likuiditas. Makanya perusahaan tersebut menunda sejumlah rencana penggunaan capex.


Biarpun begitu, hingga kini ABM Investama tidak memangkas target produksi. Sepanjang tahun ini mereka mengejar produksi batubara 15 juta ton dan pengupasan lapisan tanah penutup sebanyak 150 juta bank cubic meter (bcm). "Tidak ada target yang diubah, kecuali kami melakukan efisiensi sangat ketat untuk menjaga likuiditas," kata Adrian Erlangga, Direktur PT ABM Investama Tbk kepada KONTAN, Minggu (10/5).


Supaya target terpenuhi dengan biaya produksi yang lebih mini, ABM Investama berusaha meningkatkan efisiensi biaya produksi. Mereka juga berusaha mengatasi kendala pengiriman batubara di tengah pembatasan ruang gerak karena Covid-19. Maklum saja, beberapa pelabuhan perantara perdagangan luar negeri ditutup. Padahal sekitar 80% negara tujuan ekspornya ke India dan China.


Oleh karena itu, ABM Investama mencoba mengalihkan tujuan pemasaran ke negara lain. Pada kuartal pertama kemarin, pasokan ekspor batubara mereka ke Thailand dan Vietnam meningkat. Padahal semula kontribusi kedua negara itu sangat kecil.

Pada kuartal I 2020, ABM Investama memproduksi 3,4 juta ton batubara dan mengupas lapisan tanah sebanyak 30 juta bcm. Selama kuartal II ini, mereka berharap bia mengeduk sekitar 3,4 juta ton batubara. 


Manajemen ABM Investama memperkirakan, harga jual batubara pada kuartal II masih akan tertekan. "Tapi penurunannya akan landai karena harga sudah terlalu rendah dan kecenderungan akan meningkat ketika pelabuhan tujuan ekspor sudah mulai dibuka," prediksi Adrian.


Jasa penambangan


ABM Investama juga melecut bisnis jasa penambangan. Sejauh ini mereka telah menggenggam delapan kontrak jasa penambangan. Anak usaha mereka yakni PT Cipta Kridatama turut aktif menjalankan lini usaha tersebut dengan kontribusi lebih dari 38% terhadap pendapatan.

Pada Februari tahun ini, ABM Investama mengantongi kontrak jasa pertambangan senilai Rp 7,4 triliun. Kontrak tersebut mereka dapatkan dari PT Kuansing Inti Makmur, PT Karya Cemerlang Persada, PT Bungo Bara Utama dan PT Bungo Bara Makmur (Group KIM) yang merupakan anak usaha PT Golden Energy Mines Tbk.


Sementara sebelumnya pada Desember 2019, ABM Investama memperoleh kontrak baru dari PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua. Kontrak bernilai US$ 590,44 juta tersebut berlaku selama 10 tahun sejak diteken.


ABM Investama berharap bisa menambah kontrak jasa penambangan baru yang berdurasi seumur masa produksi tambang alias life of mine. "Kami masih mengejar satu kontrak baru tahun ini tapi karena Covid-19 mungkin akan tertunda ke akhir tahun," tutur Adrian.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×