kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom Ini Sarankan Harga Pertamax Jangan Naik Dulu


Kamis, 31 Maret 2022 / 17:30 WIB
Ekonom Ini Sarankan Harga Pertamax Jangan Naik Dulu
ILUSTRASI. PT Pertamina (Persero) dikabarkan akan menaikkan harga Pertamax (RON 92) menjadi Rp 12.000-an per liter.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) dikabarkan akan menaikkan harga Pertamax (RON 92) menjadi Rp 12.000-an per liter dari saat ini Rp 9.000 hingga Rp 9.400 per liter.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, sebaiknya Pertamina menahan dulu kenaikan harga Pertamax.

"Masih banyak skema untuk dana kompensasi dari APBN kepada Pertamina sebagai cara menahan kenaikan harga BBM jenis non-subsidi. Solusi terbaik adalah tambahan dana kompensasi dari APBN," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (31/3).

Sebagai informasi, menurut data Pertamina,  konsumsi Pertamax saat ini sebanyak 21% dari total konsumsi gasoline. Adapun konsumsi BBM gasoline masih didominasi dari Pertalite yang sebesar 78% sisanya 1% Pertamax Turbo. Adapun jika dibandingkan dengan total konsumsi BBM nasional porsi konsumsi Pertamax terus meningkat mendekati 14%.

Baca Juga: Bersiaplah! Harga BBM Pertamax Segera Naik

Menurut Bhima, meskipun Pertamax konsumennya kelas menengah dan atas, namun kelas menengah yang rentan jumlahnya mencapai 115 juta orang. Kelas menengah rentan ini sedikit saja ada penyesuaian harga BBM langsung turun kelas, atau melakukan migrasi.

"Apa semua kelas menengah tadi akan beralih ke Pertalite? Bisa jadi. Ujungnya menciptakan masalah baru juga di Pertalite dan akan merembet ke beban keuangan pemerintah," ujarnya.

Menurutnya, jika disparitas harga Pertamax dan Pertalite terlalu jauh maka migrasi akan terjadi besar-besaran. Bahkan ada risiko kelangkaan Pertalite. Bhima menegaskan, harus ada transparansi berapa alokasi anggaran untuk menjaga pasokan Pertalite tetap aman.

Di sisi lain, Bhima mengatakan, sepanjang 2020 ketika harga minyak mentah mengalami penurunan tajam, tidak terjadi penurunan harga BBM jenis Pertamax. Adapun windfall dari selisih harga minyak mentah yang murah dan harga BBM di retail saat itu, seharusnya menjadi tabungan untuk menutup harga keekonomian ketika tekanan minyak mentah terjadi seperti saat ini.

Baca Juga: Harga Pertamax Bakal Naik, Pertamina Akan Umumkan Sore Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×