kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi belum stabil, JNE tunda rencana IPO


Selasa, 29 September 2015 / 05:47 WIB
Ekonomi belum stabil, JNE tunda rencana IPO


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rencana perusahaan logistik PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) untuk mencari dana di bursa saham agaknya tak bisa terealisasi dalam waktu dekat. Perusahaan yang terkenal sebagai jasa pengiriman barang dan dokumen ini memastikan tidak melantai di bursa saham tahun ini atau tahun depan.

Muhammad Feriadi, Direktur Marketing JNE bilang, meski menunda IPO, namun JNE memastikan tetap menjadikan rencana initial public offering (IPO) sebagai agenda utama. "Semua masih persiapan, tetapi sepertinya bukan tahun 2016," kata Feriadi kepada KONTAN, Senin (28/9).

Padahal, sebelumnya manajemen menargetkan mampu meraup duit segar antara Rp 2 triliun hingga Rp 2,5 triliun melalui perhelatan IPO. Duit sebesar itu rencananya bakal dijadikan salah satu sumber modal agenda utama perseroan pasca menjadi perusahaan publik.

Pertama, JNE ingin menjadi seperti DHL dalam urusan armada pengiriman logistik. Manajemen ingin JNE bisa menjadi operator pesawat perintis, khususnya armada udara pengiriman logistik di kawasan Indonesia Timur. Jadi, penetrasi bisnis JNE nanti bisa lebih lengkap, selain menyasar layanan darat, mereka juga melayani pengiriman lewat laut dan udara, serta menghubungkan seluruh kawasan Indonesia.

Agenda kedua adalah, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk keperluan pembangunan pusat distribusi barang di Cikampek atau Karawang, Jawa Barat. Bukan hanya itu, manajemen juga melirik rencana akuisisi perusahaan lain. Tentunya, perusahaan yang menjadi bidikan JNE adalah perusahaan yang memiliki kaitan bisnis dengan JNE, seperti percetakan dan pengepakan.

Kedepan, JNE menargetkan bisa menambah 15.000 jaringan hingga 2025. Adapun saat ini, jaringan JNE baru sekitar 3.500 jaringan di seluruh Indonesia. Setelah bisnis utama sesuai rencana, maka JNE akan mempersiapkan bisnis sampingan sebagai strategi melakukan diversifikasi usaha. Adapun rencana pengembangan bisnis JNE ini adalah, merambah bisnis pariwisata beserta turunannya.

Namun, semua rencana ini bakal tertunda. Sebab, manajemen JNE memastikan IPO tak bisa mungkin dilakukan tahun ini atau tahun depan. "Yang terpenting semuanya harus siap terutama kondisi ekonomi yang saat ini masih krisis," jelas Feriadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×