kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi melambat, impor gandum hanya turun tipis


Rabu, 30 September 2015 / 11:00 WIB
Ekonomi melambat, impor gandum hanya turun tipis


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Pemerintah mengklaim telah mengerem laju impor komoditas pangan sepanjang tahun 2015 ini sehingga menghemat devisa negara. Namun, dari sekian banyak komoditas pangan yang diimpor, pemerintah masih kesulitan untuk menekan impor gandum. Bahan baku pembuat tepung terigu ini masih didatangkan dalam jumlah besar lantaran Indonesia belum mampu memproduksi gandum atau minimal mencari substitusinya.

Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memprediksi, nilai impor gandum tahun ini hanya mampu turun 2% menjadi US$ 2,34 miliar dari tahun lalu yang sebesar US$ 2,39 miliar. Penurunan ini terjadi sebagai imbas dari melemahnya permintaan tepung terigu di pasar domestik karena terjadi perlambatan ekonomi.

Sebagai catatan, dengan impor senilai US$ 2,39 miliar tahun lalu, gandum masih berada di posisi kedua impor komoditas terbesar nasional di bawah garam. Namun, Ratna menegaskan, nilai impor yang cukup besar itu tidak perlu dikhawatirkan. "Yang penting, neraca perdagangan masih tetap surplus," ujarnya kepada KONTAN, Senin (28/9) lalu.

Estimasi Aptindo soal penurunan nilai impor itu berbeda dengan perkiraan mereka di awal tahun yang menyebut bahwa impor gandum tahun ini bakal meningkat 7% atau sekitar 7,9 juta ton dari realisasi tahun lalu yang mencapai 7,4 juta ton. Ramalan pada awal tahun tersebut berpijak pada peningkatan kebutuhan industri pengguna terigu tiap tahun yang terus meningkat.

Ratna bilang, impor gandum memang tak bisa dikurangi secara paksa karena bakal membuat harga tepung terigu akan naik dan pada akhirnya bisa berdampak yang lebih luas, yakni mengganggu kelangsungan usaha kecil menengah (UKM). Maklum, 67% profil pengguna tepung terigu adalah UKM dan 33% sisanya adalah usaha menengah dan besar.

Ratna bilang, saat ini terdapat 30 industri tepung terigu yang terancam gulung tikar apabila kesulitan mendapatkan bahan baku gandum. Selama ini, tepung terigu yang berasal dari gandum merupakan komoditas substitusi beras yang diminati masyarakat. "Jika tidak ada gandum impor, konsumsi beras akan makin tinggi bahkan harus impor," ujar Ratna.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan akan memanggil seluruh produsen tepung terigu untuk mencari solusi menekan impor gandum yang nilainya cukup tinggi. Misalnya dengan cara mengombinasikan gandum impor dengan substitusi berupa bahan pangan lokal. Jika tidak ada solusi, volume impor gandum akan tetap berada di level 7 juta ton setiap tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×