Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi yang sudah berangsur pulih, membuat PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) berani membidik target bisnis yang positif tahun ini.
Manajemen Central Proteina memperkirakan, penjualan di tahun ini dapat mencapai angka Rp 8,5 triliun, atau tumbuh sekitar 5% hingga 10% dari realisasi tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi EBITDA berada di kisaran Rp 900 miliar.
Meski begitu, Direktur CPRO Arman Zakaria Diah menuturkan bahwa masa pemulihan pada tahun 2022 ini belum bebas dari tantangan kondisi pandemi, salah satunya yang berkaitan dengan keterbatasan logistik (peti kemas), sehingga volume penjualan ekspor tidak optimal.
Selain itu, faktor eksternal baru berupa keadaan militer di Rusia dan Ukraina juga dinilai Arman turut berpengaruh terhadap laju bisnis perusahaan tahun ini. Kondisi itu memicu kenaikan harga sejumlah bahan baku.
Baca Juga: Prima Cakrawala Abadi (PCAR) Optimistis Kinerja Membaik di 2022, Ini Pendukungnya
"Kemudian, kondisi iklim yang ekstrim seperti curah hujan yang amat tinggi diiringi dengan kondisi panas terik yang silih berganti juga diperkirakan akan mempengaruhi hasil operasi perseroan pada tahun 2022," tutur Arman, saat dihubungi Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
CPRO belum merilis secara resmi laporan keuangan tahun buku 2021. Namun, pihaknya memperkirakan bahwa penjualan di tahun 2021 dapat mencapai Rp 8 triliun, dengan kisaran EBITDA berada di rentang Rp 850 miliar-Rp 900 miliar.
Adapun, hingga kuartal III-2021, CPRO berhasil mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 6 triliun. Torehan tersebut meningkat 7,15% dari sebelumnya Rp 5,59 triliun pada September tahun 2020.
Penjualan CPRO pada periode Januari-September 2021, masih ditopang oleh penjualan pakan yang mencapai Rp 4,76 triliun. Lalu disusul oleh produk makanan senilai Rp 1 triliun.
Baca Juga: Champion Pacific Indonesia (IGAR) Catat Kinerja Positif Sepanjang 2021
Kemudian ada penjualan benur dan penjualan lain-lain yang masing-masing sebesar Rp 215,78 miliar dan Rp 15,02 miliar.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga ikut melesat menjadi Rp 2,11 triliun. Di mana, pada periode yang sama di tahun lalu perusahaan masih merugi hingga Rp 68,59 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News