Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID -
PAPUA. PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) tengah melaksanakan Ekspedisi Papua Terang. Dimulai sejak 28 Juli 2018, ekspedisi yang akan digelar selama dua bulan ini rencananya mensurvei sekitar 415 desa yang ada di lima posko.
Kelima posko tersebut ialah Jayapura, Timika, Merauke, Wamena, dan Nabire. Berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh KONTAN pada Rabu (8/8), Ekspedisi Papua Terang PLN telah berhasil mensurvei sekitar 292 desa yang tersebar di Papua dan Papua Barat.
"Baru sepekan sejak tiba di Papua, tim sudah mensurvei lebih dari 50% desa-desa yang ditargetkan. Ini juga berkat bantuan digital Map dari LAPAN," ungkap Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN, Ahmad Rofik.
Ia juga menyebut, jumlah desa tersebut bisa terus berkembang sesuai dengan kondisi di lapangan. Hal itu mengingat ada juga desa yang mengalami pemekaran.
Sebagai informasi, Ekspedisi Papua Terang ini melibatkan sekitar 500 peserta yang terdiri dari Mahasiswa, pegawai PLN, serta anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)-AD. Untuk peserta dari Perguruan Tinggi, tercatat ada 165 mahasiswa yang terlibat dalam ekspedisi ini.
Rinciannya, 23 mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), 37 dari Institut Teknologi Bandung (ITB), 30 dari Universitas Gadjah Mada (UGM), 35 dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan 40 mahasiswa dari Universitas Cendrawasih (Uncen).
Kondisi geografis dan sosial di Papua menjadi tantangan tersendiri bagi tim selama melakukan survei. Misalnya untuk mencapai salah satu desa di Kabupaten Lanny Jaya, Tim Ekspedisi harus melalui jalanan darat sekitar 4 jam dari Posko Wamena menuju Ibu Kota Tiom.
Selanjutnya perjalanan dari Tiom ke desa-desa hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki karena harus melalui jalan setapak, jalur gunung maupun sungai. Setelah tiga jam, tim baru tiba di salah satu desa di Kecamatan Wiringgambut yang memiliki penduduk sekitar 350 orang.
Salah satu peserta Ekspedisi Papua Terang, Hamzah Imanuel Haq yang merupakan mahasiswa ITB dari posko Wamena bercerita bahwa selama survei, para peserta juga belajar mengenai kehidupan masyarakat Papua.
Selain kondisi demografi, tim juga mensurvei titik koordinat desa dan potensi energi terbarukan di desa tersebut, seperti potensi pembangkit hydro dari sungai maupun potensi energi surya.
Hasil survei ini akan diolah kembali hingga akhir September menjadi gambar desain dan rincian kebutuhan material untuk setiap sistim kelistrikan desa yang akan dibangun.
Dalam kesempatan sebelumnya, kepada KONTAN, Ahmad Rofik menjelaskan bahwa sebelumnya PLN tak punya data lapangan yang memadai tentang potensi kelistrikan di Papua. Akibatnya, dalam setahun, paling tidak hanya ada 20 desa yang bisa diterangi oleh PLN.
Pada tahun 2018, PLN telah bmelistriki sekitar 51 desa di Papua. Sekadar tahu, rasio desa berlistrik di Papua dan Papua Barat saat ini baru mencapai 30,39%. Untuk itu, PLN akan mempercepat pembangunan listrik desa di wilayah Indonesia timur tersebut untuk mencapai target 1.216 desa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News