kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,05   5,72   0.63%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor ban nasional terkikis 9% hingga Juli


Selasa, 11 September 2012 / 09:20 WIB
Ekspor ban nasional terkikis 9% hingga Juli
ILUSTRASI. Sejumlah warga Pulau Pramuka dan Pulau Panggang menunggu giliran untuk mendapatkan vaksin COVID-19


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Krisis keuangan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS) berimbas ke kinerja ekspor ban asal Indonesia tahun ini. Hingga Juli tahun ini, penjualan ban ke luar negeri hanya mencapai 19,6 juta unit. Jumlah itu turun 9% dibanding periode yang sama tahun lalu, 21,5 juta unit.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengungkapkan, imbas krisis ekonomi global makin terasa pada permintaan ekspor, terutama ban mobil. Konsumen di luar negeri mengurangi penggunaan kendaraan, apalagi seiring kenaikkan harga bahan bakar minyak.

Menurut Aziz, surutnya permintaan ban terjadi hampir merata di seluruh pasar tujuan ekspor. Tidak hanya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang terkena dampak langsung krisis, pelemahan permintaan pun terjadi di pasar Timur Tengah dan Afrika.

"Besaran penurunan berbeda-beda. Kawasan Eropa menjadi wilayah dengan penurunan permintaan terbesar," paparnya, Senin (10/9).

Meski begitu, Aziz masih optimis, ekspor ban hingga akhir tahun ini masih bisa tumbuh tipis, di tengah pertumbuhan penjualan mobil nasional. Dia memproyeksikan, hingga akhir 2012, penjualan ekspor bisa naik 2-3% dibanding tahun lalu, yaitu menjadi 36-37 juta unit.

Ditopang pasar domestik

Pelemahan permintaan di pasar ekspor meresahkan industri ban di dalam negeri. Pasalnya, kata Aziz, secara umum, penjualan ban di luar negeri memberi kontribusi 80% terhadap total penjualan ban buatan dalam negeri.

Lantas, para produsen ban nasional pun mencari cara untuk mengganti pelemahan permintaan di pasar ekspor. Salah satunya dengan mengalihkan ekspor ke pasar alternatif yang belum digarap selama ini, seperti pasar Asia Pasifik. Namun, Aziz mengakui, sejauh ini, upaya tersebut belum mampu menunjukkan hasil yang maksimal.

Langkah lain yang menunjukkan hasil lebih baik adalah memanfaatkan permintaan ban di dalam negeri, khususnya di segmen replacement. "Apa lagi permintaan ban di dalam negeri terbantu seiringmeningkatnya permintaan ban menjelang lebaran lalu," jelas Aziz.

Pertumbuhan permintaan yang lebih besar dari pasar domestik itu dirasakan beberapa produsen ban nasional. Direktur Multistrada Uthan Sadikin mengklaim, pada semester I-2012, nilai penjualan di pasar domestik tumbuh 26,5% dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu menjadi Rp 429,5 miliar. Pertumbuhan di pasar dalam negeri lebih tinggi ketimbang total pertumbuhan penjualan perusahaan, yaitu 16,6%.

Sedangkan, penjualan ekspor selama semester pertama tahun ini hanya tumbuh 13,4% menjadi Rp 1,17 triliun. "Bahkan penurunan permintaan ban dari pasar Eropa mencapai 31,7%," kata Uthan.

Produsen ban nasional lainnya, PT Gajah Tunggal Tbk juga mencatatkan penurunan penjualan di pasar ekspor 7,7%. Dalam enam bulan pertama di tahun ini, Gajah Tunggal hanya mencatat nilai penjualan ekspor Rp 2,3 triliun.

Beruntung, penjualan di pasar domestik pada periode yang sama melonjak cukup signifikan, yaitu sebesar 22,2% menjadi Rp 4,08 triliun. "Permintaan ban domestik bisa mensubsitusi penurunan permintaan ekspor," ujar Arijanto Notorahardjo General Manager Marketing Gajah Tunggal.

Dengan pertumbuhan permintaan dari pasar dalam negeri, Gajah Tunggal mampu mencatatkan total pertumbuhan penjualan di semester I tahun ini sebesar 9,4% menjadi Rp 6,36 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×