Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Korea Selatan melakukan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara dan bergabung dengan Powering Past Coal Alliance (PPCA), aliansi global yang mendorong percepatan transisi energi bersih diprediksi akan berdampak pada ekspor batubara Indonesia.
Pendiri sekaligus Direktur Pelaksana Asia Research & Engagement (ARE) Ben McCarron menyebut, keputusan tersebut sebagai momentum penting yang dapat mempengaruhi arah transisi energi di kawasan Asia.
Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Gita Mahyarani mengatakan, Korea Selatan sudah menyiapkan roadmap pensiun PLTU dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dalam beberapa dekade ke depan.
Baca Juga: Pabrik Nikel QMB di Indonesia Pangkas Produksi, Gara-Gara Soal Ini
Namun dalam jangka pendek hingga menengah, penurunan permintaan masih terbatas.
“Proyeksi permintaan batubara Korsel tetap berada di kisaran sekitar 82 juta ton hingga 2030, sehingga pasarnya masih ada dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (21/11).
Saat ini, lanjut Gita, ekspor batubara Indonesia ke Korea Selatan pada periode Januari–Oktober mencapai 26,35 juta ton atau sekitar 6,3% dari total ekspor nasional. Posisi tersebut menempatkan Korea Selatan sebagai pasar ekspor terbesar keempat bagi Indonesia.
"Dengan demikian, dampak kebijakan pensiun PLTU Korea Selatan terhadap volume ekspor batubara Indonesia akan muncul secara bertahap dalam jangka panjang," tandasnya.
Selanjutnya: Cara Daftar Kartu XL Online: Siapkan NIK hingga Nomor KK
Menarik Dibaca: 8 Cara Cepat Menyembuhkan Flu yang Efektif Menurut Dokter
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













