Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. QMB New Energy Materials, perusahaan patungan nikel dan kobalt yang berbasis di Indonesia yang dipimpin GEM Tiongkok, telah memangkas produksi setidaknya setengahnya setelah inspeksi keselamatan mengidentifikasi masalah dengan penyimpanan limbah bijihnya. Demikian sejumlah sumber Reuters yang mengetahui masalah tersebut, Jumat (21/11/2025).
Kementerian Lingkungan Hidup di Indonesia, telah memeriksa pabrik-pabrik logam untuk memastikan mereka menangani sisa-sisa bijih yang dikenal sebagai tailing dengan aman.
QMB terpaksa menghentikan hampir semua produksi pada bulan Maret 2025 setelah tanah longsor yang mematikan mengubur empat pekerja di bawah limbah tambang nikel.
Perusahaan patungan tersebut, yang berlokasi di Kawasan Industri Morowali Indonesia (IMIP) di Pulau Sulawesi, memproses bijih nikel untuk menghasilkan endapan hidroksida campuran (MHP), produk antara yang mengandung nikel dan kobalt yang digunakan untuk membuat baterai isi ulang.
Baca Juga: Ini Strategi Industri Nikel Hadapi Tekanan Stigma 'Dirty Nickel'
Pemangkasan tersebut dapat mengurangi produksi hingga 6.000 metrik ton setara nikel pada bulan Desember, menurut salah satu sumber, seraya menambahkan bahwa penurunan produksi akan berlanjut hingga kuartal pertama tahun 2026.
Sumber lain Reuters mengatakan volume yang terdampak dapat meningkat lebih lanjut hingga bulan Desember.
Kedua sumber menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara di depan umum.
QMB memiliki kapasitas produksi sebesar 96.000 ton setara nikel per tahun, atau 8.000 ton per bulan, menurut situs web GEM, yang memiliki 63% saham di perusahaan tersebut.
Indonesia memproduksi 2,2 juta ton setara nikel pada tahun 2024, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
GEM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, dan juru bicara IMIP tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja normal.
QMB adalah salah satu pabrik nikel dan kobalt pertama yang menggunakan proses pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) yang mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 2022.
Mitra lain di QMB adalah Tsingshan dan Brunp dari Tiongkok, unit produsen baterai CATL, masing-masing dengan 10%, serta EcoPro dari Korea Selatan dengan 9% dan Hanwa dari Jepang dengan 8%.
Pada bulan Juni, Kementerian Lingkungan Hidup memerintahkan IMIP untuk melakukan perbaikan setelah menemukan 12 juta ton endapan tailing ilegal.
Baca Juga: Kementerian ESDM Bakal Pangkas Target Produksi Nikel pada 2026, Ada Apa?
Selanjutnya: Perlu Disederhanakan, Kontraktor Usaha Hulu Migas Masih Wajib Penuhi 140 Perizinan
Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025: Ke Final, 2 Wakil Indonesia Ini Lolos World Tour Finals
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













