Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Budi Starch & Sweeteneer Tbk (BUDI) harus menghadapi kondisi permintaan penjualan di dalam negeri yang tengah lesu.
Corporate Secretary PT Budi Starch & Sweeteneer Tbk, Mawarti Wongso mengatakan, perusahaannya mengalami penurunan pendapatan hingga 10% di semester satu tahun ini menjadi Rp 1,14 triliun ketimbang periode sama di 2016.
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2017 BUDI, penjualan pemanis atau sweetener di dalam negeri tercatat turun 22%, dari Rp 335 miliar menjadi Rp 261 miliar. Namun, Mawarti cukup optimistis BUDI masih bisa melalui kondisi ini.
"Panen bahan baku berlimpah sehingga harga bahan baku juga ikut turun," ujarnya kepada KONTAN (4/8).
Total penjualan ditingkat lokal lesu, tercatat turun 11% dari Rp 1,25 triliun menjadi Rp 1,11 triliun. Penjualan ke pihak berelasi hanya Rp 825 miliar, terperosok 9% dibandingkan tahun sebelumnya yang Rp 912 miliar. Seperti yang diketahui, BUDI berafiliasi dengan PT Tunas Baru Lampung Tbk dan PT Sungai Budi.
"Prospek tapioka dan sweetener di Indonesia masih bagus karena permintaan domestik juga sebenarnya besar," kata Mawarti. Sampai saat ini perseroan ini hanya menargetkan penjualan di akhir tahun ini sama dengan tahun lalu yakni sekitar Rp 2,5 triliun.
Adapun untuk pasar ekspor tercatat tumbuh positif. Walau kontribusinya kecil yakni hanya 3% dari total penjualan, namun kinerja ekspor naik 57% dari Rp 21,9 miliar menjadi Rp 34,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News