Reporter: Asnil Bambani Amri, Uji Agung Santosa | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pasar minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) mulai menggeliat setelah mengalami penurunan harga selama tiga bulan terakhir. Gairah pasar CPO global terjadi karena naiknya peningkatan permintaan CPO dan turunannya di bulan September 2013.
Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam laporannya hari ini, Senin (14/10) menyebutkan, ekspor CPO dan turunnanya naik menjadi 1,64 juta di September dari 1,48 juta ton bulan di Agustus. Kenaikan jumlah ekspor itu mencapai 160,81 ribu ton atau naik 10,85%.
Dibanding dengan bulan yang sama tahun lalu, volume ekspor CPO juga naik dari 1,38 juta ton September 2012 menjadi 1,64 juta ton di September 2013 atau naik 261,69 ribu ton atau menguaty 18,94%.
Sumber kenaikan harga CPO terjadi karena keterlambatan panen kedelai di Amerika Serikat (AS) karena hujan yang terus mengguyur Midwest AS. Kemudian, panen bunga matahari juga terlambat karena cuaca yang basah di Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan ekspor minyak nabati negara-negara itu berkurang cukup drastis.
Turunnya produksi minyak nabati dunia itulah yang menaikkan permintaan CPO dari Indonesia. Pada September lalu, ekspor CPO Indonesia ke AS tercatat naik 38,76 ribu ton atau naik 210% dibandingkan bulan Agustus, dari 18,41 ribu ton menjadi 57,17 ribu ton.
Sementara iu, India tercatat sebagai pengimpor CPO dan tertinggi dari Indonesia, meskipun nilai mata uang India terhadap dollar belum menunjukkan penguatan yang berarti. India harus menambah stok minyak nabati di menjelang hari raya Idul Adha yang biasanya konsumsi pangan meningkat.
Ekspor CPO ke India bulan September naik menjadi 431,24 ribu ton atau naik 81,54 ribu ton (23,3%) dibandingkan ekspor bukan Agustus. Sementara itu permintaan dari China juga tercatat meningkat menjadi 182,74 ribu ton atau naik 12,44 ribu ton (7,3%) dibandingkan bulan lalu.
Bertolak belakang dengan negara Uni Eropa, Volume ekspor CPO dan turunannya ke negara Uni Eropa turun 359,23 ribu ton di bulan Agustus menjadi 260,74 ribu ton di September atau turun sebesar 98,49 ribu ton (27,4%).
Pemberlakuan Anti Dumping Duties pada impor biodiesel yang berasal dari CPO dan minyak kedelai diperkirakan berpengaruh negatif terhadap impor bahan baku biodiesel dari Indonesia dan Argentina yang cukup signifikan.
Disamping itu panen raya rapeseed dan biji bunga matahari walaupun sempat terlambat di negara Uni Eropa juga menyebabkan stok bahan baku biodiesel dan minyak nabati naik. Sentimen positif ini juga diperkirakan sebagai penyebab lain mengapa permintaan untuk biodiesel dan bahan bakunya di Eropa turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News