kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.706.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.340   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.618   86,45   1,32%
  • KOMPAS100 963   10,57   1,11%
  • LQ45 753   6,24   0,83%
  • ISSI 204   3,07   1,52%
  • IDX30 391   2,33   0,60%
  • IDXHIDIV20 475   7,20   1,54%
  • IDX80 109   1,13   1,05%
  • IDXV30 113   2,27   2,05%
  • IDXQ30 129   1,02   0,80%

Ekspor Listrik ke Singapura Diprediksi Tambah Devisa Hingga US$4,2 Miliar per Tahun


Kamis, 06 Maret 2025 / 13:37 WIB
Ekspor Listrik ke Singapura Diprediksi Tambah Devisa Hingga US$4,2 Miliar per Tahun
ILUSTRASI. Ekspor listrik EBT ke Singapura berpotensi beri tambahan devisa US$ 4,2 miliar per tahun dan pajak penghasilan US$ 210 juta-US$ 600 juta per tahun


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Indonesia untuk mengekspor listrik energi terbarukan ke Singapura diperkirakan menghasilkan tambahan devisa hingga US$ 4,2 miliar per tahun dan pajak penghasilan US$ 210 juta hingga US$ 600 juta per tahun.

Pada awal bulan lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia diketahui masih menahan dikeluarkannya izin ekspor listrik ke Singapura lantaran merasa belum ada imbal balik yang menguntungkan Indonesia.

Namun, dalam laporan terbaru Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) berjudul “Maximizing Reciprocal Benefit from Indonesia's Green Electricity Export to Singapore” menunjukkan Indonesia dapat memperoleh tambahan devisa hingga US$ 4,2-6 miliar dan pajak penghasilan US$210-600 juta setiap tahun dengan mengekspor listrik hijau ke Negeri Singa itu.

Hitungan ini dengan asumsi ekspor listrik sebesar 3,4 gigawatt (GW) dengan tarif yang disepakati sekitar US$ 14 - US$ 20 per kilowatt hour (kWh). Indonesia juga dapat menerapkan royalti untuk setiap kWh listrik yang diekspor ke Singapura untuk semakin memperbesar pendapatan negara.

Baca Juga: Menteri Bahlil Minta Investasi dari Singapura sebagai Timbal Balik Ekspor Listrik

“Rencana ekspor listrik ke Singapura ini akan menghasilkan tambahan devisa dan pajak penghasilan yang signifikan, yang pada akhirnya dapat membantu Indonesia membiayai proyek-proyek energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, dengan membebankan pembiayaan listrik energi terbarukan ke Singapura, hal ini dapat meringankan beban APBN,” kata Mutya Yustika, Analis Keuangan Energi IEEFA dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Kamis (6/3). 

Selain itu, pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung ekspor listrik tersebut juga akan turut memperkuat manufaktur dan rantai pasok industri energi terbarukan Indonesia.

Saat ini, pertumbuhan kapasitas energi terbarukan yang hanya dalam bilangan ratusan megawatt (MW), yang kurang memadai dalam rangka mendukung pelaku industri manufaktur yang harus mengoperasikan pabrik dalam skala besar agar ekonomis.

Target ekspor listrik 2 GW setidaknya akan membutuhkan pasokan panel surya hingga 11 gigawatt peak (GWp) dan baterai penyimpanan (BESS) 21 gigawatt hour (GWh), yang merupakan permintaan signifikan bagi industri manufaktur kedua suku cadang tersebut.

“Lebih jauh, ekspor listrik ke Singapura akan membuka peluang kerja baru di Indonesia. Sebagai contoh, PLTS Cirata 192 megawatt peak (MWp) mempekerjakan 1.400 pekerja selama masa konstruksi dan operasi. Dengan kapasitas panel surya 11 GWp, diperkirakan 80 ribu pekerja akan dibutuhkan, tidak termasuk tambahan pekerja yang dibutuhkan oleh industri manufakturnya,” Mutya menjelaskan.

Untuk memastikan Indonesia memperoleh manfaat dari ekspor listrik ini, sejumlah hal perlu diselesaikan. Pertama, pemerintah Indonesia dapat menetapkan kuota kapasitas dan volume listrik energi terbarukan yang akan diekspor ke Singapura, dengan tetap memastikan kebutuhan listrik bersih domestik terpenuhi.

Baca Juga: Pro-Kontra Ekspor Listrik Hijau ke Singapura, RI Harus Pastikan Keuntungan Maksimal

Kedua, perlu ditetapkan tarif listrik khusus untuk ekspor listrik energi terbarukan yang merefleksikan harga pasar dan kesepakatan kedua pihak, mengingat biaya transmisi ekspor listrik akan lebih tinggi.

Ketiga, Indonesia dan Singapura harus menyepakati pembagian manfaat kredit karbon yang adil. Meski Singapura adalah pembelinya, posisi ini seharusnya tidak meniadakan peran Indonesia mengingat pembangkit listrik energi terbarukan tersebut berada di wilayah Indonesia.

“Ekspor listrik energi terbarukan ke Singapura akan meningkatkan kapasitas energi terbarukan Indonesia secara signifikan. Dengan PLTS akan mendominasi, kapasitas energi terbarukan Indonesia akan melebihi 10 GW, yang akan memperkuat portofolio energi Indonesia,” tutup Mutya. 

Selanjutnya: 7 Pantangan yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat Saat Puasa! Simak Penjelasannya

Menarik Dibaca: 7 Pantangan yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat Saat Puasa! Simak Penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×