Reporter: Muhammad Yazid |
JAKARTA. Selama dua bulan terakhir, ekspor rotan terus menunjukkan penurunan. Selain karena lesunya pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS), penurunan ekspor terjadi karena harga produk furnitur dan mebel asal Indonesia terus menunjukkan kenaikan.
PM Hatta Sinatra, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengatakan, belum pulihnya krisis ekonomi di Eropa dan menguatnya nilai tukar Rupiah terharap Euro menekan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia. "Nilai tukar Euro terus melemah. Harga barang impor termasuk mebel dan furnitur Indonesia makin tinggi, sehingga sulit menjualnya," katanya ke KONTAN, Jumat (25/5).
Dia mengatakan, saat ini Euro diperdagangkan dengan harga Rp 11.926,95, melemah 101,75 point dibandingkan awal Mei silam. Karena pasar utama produk mebel rotan Indonesia adalah Eropa dan Amerika, maka melemahnya nilai Euro sangat berpengaruh. Oleh karena itu Hatta memperkirakan, untuk kuartal II 2012 ini ekspor produk jadi rotan tidak akan sebaik kuartal pertama.
Pada kuartal I 2012 lalu, ekspor produk rotan jadi dan mebel mencapai US$ 58,2 juta. Jumlah itu lebih besar 25% dibanding periode sama tahun lalu. Sayang dia belum memperhitungkan berapa besar penurunan yang akan terjadi.
Selain faktor eksternal, penurunan ekspor juga terjadi karena sulitnya pasokan bahan baku rotan. "Ini proses wajar penyesuaian industri hulu rotan setelah diterapkan larangan ekspor," katanya. Oleh karena itu dia tetap mendukung kebijakan tersebut.
Hanya saja, kurangnya pasokan membuat harga rotan di tingkat petani melonjak sekitar 20%-30%. Jika awal tahun lalu pengusaha mebel bisa memperoleh rotan dengan harga Rp 16.000 per kg, saat ini harganya menjadi Rp 20.000 per kg.
Untuk keseluruhan tahun 2012, Hatta yakin akan meningkat 20% dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 201,1 juta. Apalagi, pemerintah juga telah menurunkan harga patokan tarif provisi sumber daya hutan (PSDH).
Julius Hoesan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI) mengatakan, pada Juni, Juli, Agustus order mebel memasuki low season. Sebab di beberapa negara seperti Jepang dan Eropa memasuki musim panas. "Tentunya pemakaian rotan menurun sehingga gejolak bahan baku akan reda," katanya.
Walau begitu, menurutnya harga rotan masih tetap tinggi karena harga pembelian rotan mentah dari pemungut dan biaya produksi meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News