kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor minyak sawit dan turunannya capai 12,73 juta ton di periode Januari-Mei 2020


Jumat, 10 Juli 2020 / 12:01 WIB
Ekspor minyak sawit dan turunannya capai 12,73 juta ton di periode Januari-Mei 2020


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari

Meski begitu, Mukti juga menyebut, terjadi peningkatan ekspor ke beberapa negara, seperti ke Mesir yang naik 81% dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan cukup tinggi juga dicatatkan Ukraina yang naik 99%, Filipina meningkat 73%, Jepang naik 35% dan Oman meningkat 85%.

Mukti memperkirakan, permintaan minyak nabati untuk kebutuhan domestik seperti China dan India dan negara lain akan mulai meningkat sejalan dengan mengingat kegiatan ekonomi di masing-masing negara yang mulai pulih.

Di sisi lain, meski ekspor bulan Mei turun, tetapi konsumsi minyak sawit dan turunannya dalam negeri dalam lima bulan pertama 2020, mencatat peningkatan sebesar 3,6% menjadi 7,33 juta ton dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga: Ekspor CPO masih surplus, pelaku usaha dukung kebijakan ekspor di era new normal

Namun, konsumsi minyak sawit dalam negeri di Mei tahun ini turun 1,6% dibanding bulan April yang sebesar 1,4 juta ton menjadi 1,38 juta ton. Meski begitu, konsumsi dalam negeri masih positif di tengah pemberlakuan PSBB, khususnya konsumsi oleokimia dan biodiesel. 

Menurut Mukti, hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang konsisten dalam implementasi program B30. Dia pun optimistis konsumsi minyak sawit dalam negeri masih akan meningkat dalam waktu ke depan.

"Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga ke depan permintaan minyak sawit untuk pangan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel," kata Mukti.

Sementara, produksi minyak sawit dan turunannya hingga Mei mencapai 19,1 juta ton atau turun 14%. Produksi Mei pun tercatat hanya 3,96 juta ton atau turun 1,85% dari bulan April yang sebesar 4,04 juta ton.

"Produksi bulan Mei yang lebih rendah di bulan April 2020 diduga masih disebabkan efek kemarau panjang 2019 dan pengaruh musiman," terang Mukti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×