kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Minyak Sawit Indonesia Melemah, China Tetap Konsumen Utama


Rabu, 28 Februari 2024 / 06:39 WIB
Ekspor Minyak Sawit Indonesia Melemah, China Tetap Konsumen Utama
ILUSTRASI. China merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk produk minyak sawit di tahun 2023.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor produk minyak sawit baik Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) turun 2,38% dari 33,15 juta ton di tahun 2022 menjadi 32,21 juta ton di tahun 2023. 

Ketua umum Gapki, Eddy Martono mengatakan, kinerja ekspor sawit nasional sangat bergantung pada kondisi ekonomi dari negara pengimpor dan harga minyak nabati. Sementara, untuk tahun ini ia memproyeksikan volume ekspor akan turun tipis dibandingkan tahun lalu.

"Kemungkinan masih di atas 30 juta ton, tidak terlalu banyak turunnya. Kalau pun turun sedikit di bawah (realisasi ekspor) di 2023," kata Eddy dalam konferensi pers, Selasa (27/2).

Dalam catatan Gapki, China merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk produk minyak sawit di tahun 2023. Permintaan minyak sawit dari Negeri Tirai Bambu itu tahun ini tembus 7,7 juta ton.

"China importir terbesar minyak sawit Indonesia saat ini. Kita berharap bisa bertahan di angka 7,7 juta ton dan syukur-syukur bisa ke angka di tahun 2019 (8 juta ton)," ucap dia.

Baca Juga: Ekspor Biodiesel Anjlok 70% Akibat Regulasi Uni Eropa

Setelah China, India menjadi negara pengimpor kedua sebesar 5,9 juta ton, Afrika 4,2 juta ton, Uni Eropa 3,7 juta ton, Amerika Serikat 2,5 juta ton, Pakistan 2,5 juta ton, Bangladesh 1,3 juta ton, Malaysia 1,3 juta ton, Rusia 604.000 ton dan Singapura 157.000 ton.

Perlu diketahui, pada tahun 2022 lalu China juga menempati posisi pertama sebagai konsumen minyak sawit Indonesia sebesar 6,2 juta ton.

Eddy menambahkan, ekspor kelapa sawit Indonesia tahun ini masih dihadapi berbagai tantangan. Dari sisi global, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju.

"Amerika Serikat masih dilanda inflasi di atas target. China sebagai konsumen terbesar juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca covid-19. Begitu juga dengan Eropa yang kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×