kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor produk kehutanan meningkat


Kamis, 05 September 2013 / 07:36 WIB
ILUSTRASI. Proyek Bukit Tua Phase-2B


Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat rupanya berdampak positif pada ekspor, khususnya ekspor produk-produk kehutanan. Sebulan terakhir, nilai ekspor dari sejumlah jenis produk kehutanan mencapai US$ 31,7 juta.


Karena itu, Kementerian Kehutanan optimis, ekspor kehutanan tahun ini akan menggembirakan. "Sampai Agustus 2013, dari 23 nomor HS, nilai ekspor sudah mencapai sekitar US$ 3,88 miliar," ujar Dwi Sudharto, Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, Kementerian Kehutanan kepada KONTAN, Rabu (4/9).


Dengan asumsi nilai ekspor dalam empat bulan terakhir (September-Desember) sebesar US$ 400 juta-US$ 500 juta per bulan, Dwi memperkirakan sampai akhir tahun nilai ekspor produk kehutanan bisa mencapai US$ 5,6 miliar. Tahun lalu, nilai ekspor produk kehutanan mencapai US$ 5,17 miliar. Ekspor produk kehutanan ini meliputi kayu panel, wood-working, pulp dan kertas.


Ekspor produk kehutanan yang nilainya mengalami kenaikan adalah kayu panel dan wood-working. Berdasarkan data Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK), hingga Juli 2013, nilai ekspor dua produk ini US$ 1,93 miliar, di bulan Agustus naik US$ 155 juta sehingga selama Januari-Agustus mencapai US$ 2,48 miliar.


Negara tujuan ekspor produk kehutanan di antaranya China, Jepang, Korea Selatan, AS, Australia, Taiwan, Saudi Arabia, India, Inggris dan Jerman. "Ekspor paling besar ke China, Jepang dan Korea," kata Dwi.


Dwi mengatakan, ekspor produk kehutanan ke negara-negara di Eropa juga mengalami peningkatan 1,79% di bulan Agustus dibanding Juli yaitu dari US$ 376 juta menjadi US$ 383 juta. Menurut Dwi, kenaikan nilai ekspor ini juga karena banyaknya perusahaan yang memiliki sertifikasi legalitas kayu atau SVLK. "Memang tidak ada jaminan harga namun memberikan jaminan legalitas," kata Dwi.


Soewarni, Ketua Asosiasi Industri Kilang Kayu dan Kayu Pertukangan Indonesia mengatakan, ekspor produk kehutanan bisa digenjot dengan mengembangkan pasar di luar Eropa, karena ekonomi Eropa sedang melambat.


Soewarni optimis, ekspor produk kehutanan tahun ini akan semakin membaik dengan penguatan nilai tukar mata uang dollar AS terhadap rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×