Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Edy Can
JAKARTA. Ekspor rotan alami asal Indonesia terus terdesak oleh rotan plastik (artificial rattan). Ketua Asosasi Industri Permebelan & Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahjono mengatakan, ekspor rotan terus menurun sejak 2009 silam.
Pada 2008, nilai ekspor rotan alami masih bisa menyentuh angka sekitar US$ 239 juta. Tapi, pada 2009, angkanya turun 29,81% dari menjadi hanya US$ 167,75 juta. "Di tahun lalu, turun lagi 17,76% menjadi US$ 137,95 juta," ujar Ambar di sela pembukaan Pameran Furnitur Internasional (IFFINA), Jumat (11/3).
Ambar bilang, menukiknya ekspor rotan ini disebabkan oleh tren pasar yang beralih ke rotan plastik. Menurutnya, pembeli di Jerman dan Italia misalnya sekarang lebih menyukai rotan plastik karena dianggap lebih kuat dan tahan lama.
Ambar menjelaskan, awalnya tren rotan plastik hanya digunakan untuk keperluan luar ruangan (outdoor). Sebab, dia bilang rotan plastik tahan hujan dan perubahan cuaca ekstrem. Sementara rotan alami akan cepat rusak jika terkena hujan.
Ternyata, tren ini menjalar untuk kepentingan dalam ruangan (indoor). Restoran dan kafe di Eropa beralih menggunakan rotan plastik. "Ini yang kemudian meningkatkan permintaan rotan plastik," kata Ambar.
Kondisi ini terlihat jelas dari kinerja rotan plastik asal Indonesia. Tahun lalu, ekspor rotan plastik sebanyak US$ 564,84 juta atau naik 53,79% dari tahun 2009 yang US$ 454,74 juta.
Voravuth Koopthavonrerk, Sekretaris Jenderal Dewan Industri Furnitur ASEAN (AFIC), mengatakan tren penurunan industri rotan alami ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Filipina. Dia menyayangkan karena Filipina dan Indonesia adalah produsen utama rotan alami di dunia. "Terlebih Indonesia yang memiliki sumberdaya rotan alami terbesar di dunia," ujarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News