kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jerman bakal buka sentra produksi rotan di Indonesia


Rabu, 09 Maret 2011 / 18:02 WIB
Jerman bakal buka sentra produksi rotan di Indonesia
ILUSTRASI. Seorang perempuan melintas di depan tulisan Sensus Penduduk 2020 di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Senin (17/2/2020).


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Jerman berencana membuka sentra produksi furnitur rotan di Indonesia dengan desain yang diminati oleh pasar internasional.

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan, tindak lanjut dari pameran furnitur rotan di Koln, Jerman pada bulan Januari 2011, dua orang profesor ahli desain dari negara itu telah datang. Mereka adalah Prof Jan Armgardt dan Prof Auwi Stuebbe

"Mereka mempunyai program bukan cuma untuk pameran tapi juga membuka sentra produksi di Indonesia," terang Hidayat, Selasa (8/3).

Pameran yang digelar di Koln telah membuka kerjasama dengan berbagai pihak. Hasilnya diperoleh sejumlah kontrak dari para pembeli dan ekshibisi internasional. Pihak Jerman sendiri memberi apresiasi yang besar dan merasa industri rotan asli telah kembali setelah 25 tahun tidak mengikuti forum pameran dunia.

Pameran itu juga menghasilkan MoU antara Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) dengan pihak Kolnmesse tentang kerjasama promosi industri furnitur rotan selama jangka waktu 5 tahun ke depan.

Selain itu juga ada MoU antara Kementerian Perindustrian dengan Hochshule Cobourg University berisi kesediaan untuk memfasilitasi pengembangan industri rotan di Indonesia dalam bentuk bantuan tenaga ahli desain, peningkatan produksi dan pemasaran.

Dua profesor ahli rotan dari Jerman juga telah mengikat kerjasama dengan dua universitas di Indonesia yaitu Institut Teknologi Bandung dan Universitas Pelita Harapan. Mereka juga bertemu dengan para produsen furnitur rotan di Cirebon.

Meski Jerman berkomitmen membuka sentra produksi di Indonesia untuk pasar internasional, Hidayat mengatakan, mereka masih menghadapi kendala suplai bahan mentah berkualitas. Maklum, sebagian besar bahan mentah rotan berkualitas sudah diekspor.

Sebagai solusi masalah bahan baku, Hidayat mengatakan, pihaknya akan berbicara dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Kehutanan agar ada kuota khusus pasokan rotan di dalam negeri. Para petani sendiri keberatan jika harus mengurangi ekspor sedangkan permintaan dalam negeri masih kecil. Jadi pengurangan ekspor baru akan dilakukan jika sudah ada jaminan pasar dulu.

Prof Auwi Stuebbe mengatakan, Indonesia memiliki keunggulan karena memiliki bahan baku berkualitas tinggi. Namun produk rotan yang dipasarkan harus memiliki desain yang bisa diterima oleh pasar internasional. "Kami akan memadukan desain kontemporer dan desain asli Indonesia," ungkap Stuebbe.

Stuebbe mengatakan, pasar Eropa sendiri menurutnya menyukai desain kontemporer. Sayangnya selama ini masih ada kesalahpahaman karena industri rotan dianggap membahayakan lingkungan karena merusak hutan alam. Padahal tidak, karena rotan diproduksi oleh petani. Hal itulah yang akan dikomunikasikan dengan masyarakat Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×