kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor sarung tangan terhambat gas


Senin, 28 April 2014 / 10:17 WIB
Ekspor sarung tangan terhambat gas
ILUSTRASI. Paparan Publik PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 2019 (28/11). KONTAN/Amalia Fitri


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Produsen sarung tangan karet hingga kini masih galau. Penyebabnya, pasokan gas yang merupakan bahan bakar pembuatan sarung tangan masih tersendat. Akibatnya, biaya energi listrik yang harus ditanggung produsen sarung tangan melonjak.

Dalam situasi tak menguntungkan semacam itu, produsen cuma berani memasang target pertumbuhan ekspor yang mini, yaitu 5% dibandingkan tahun lalu. "Industri masih terkendala pasokan gas bumi dan kenaikan tarif dasar listrik. Gas dan listrik bagian yang cukup penting untuk produksi. Kontribusinya sekitar 15%," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA), Achmad Safiun.

Pasokan gas bumi yang seret merupakan masalah kronis produsen sarung tangan karet. Tahun lalu, pelaku industri juga kesulitan mencari energi alternatif, seperti ampas kulit kelapa sawit. "Pemerintah menjanjikan suplai gas bisa memenuhi kebutuhan produksi pada 24 Oktober nanti. Khususnya pasokan gas untuk produsen di daerah Sumatra Utara," tutur dia.

Akibat pasokan gas tersendat, kata Safiun, ekspor melempem. Mengutip data ASTA, sepanjang 2013 nilai ekspor sarung tangan karet hanya US$ 226,76 juta, atau turun 12,99% dibanding tahun sebelumnya, yaitu US$ 260,61 juta. Ekspor di tahun lalu itu didominasi produk Other Glove of Rubber, senilai US$ 225.54 juta. Sisanya merupakan Surgical Glove of Rubber, senilai US$ 1,22 juta.

Pasokan gas yang belum lancar mengakibatkan penjualan sarung tangan karet ke pasar luar negeri tidak bisa tumbuh tinggi. "Masalah yang dihadapi industri masih sama," ungkap Safiun.

Jika target pertumbuhan penjualan tercapai, maka nilai ekspor sarung karet di tahun ini mencapai US$ 238.10 juta. "Nilai ekspor di kuartal satu sudah sampai seperempatnya," ujar Safiun. Itu artinya pada kuartal I-2014, ekspor karet sekitar US$ 59,52. Nilai ekspor meningkat seiring dengan kenaikan permintaan. Saat ini pasar terbesar produsen Indonesia adalah Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Afrika Selatan.

Anehnya, kendati bisa mengekspor sarung tangan karet hingga 44,47 juta kilogram selama tahun lalu, namun kebutuhan sarung tangan karet di dalam negeri justru dipenuhi produk impor. "Kalau dijual di pasar dalam negeri terkena pajak, kalau untuk diekspor tidak bayar pajak," kata Safiun. Tahun ini, diperkirakan nilai impor sarung tangan karet sekitar US$ 18 juta. "Angka itu tidak jauh berbeda dari tahun lalu," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×