kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi Sarung Tangan Karet Stagnan


Selasa, 25 Juni 2013 / 07:10 WIB
Produksi Sarung Tangan Karet Stagnan
ILUSTRASI. Penjualan online menyokong sebesar 70% dari total penjualan Sarimelati Kencana (PZZA).


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Pertumbuhan produksi sarung tangan karet tahun ini diprediksi bakal stagnan alias sama dengan kinerja produksi tahun 2012 yang sebesar 12 miliar pasang. Keterbatasan sumber energi menjadi kendala industri untuk menggenjot produksi.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA) Achmad Safiun bilang, pelaku industri kesulitan menambah kapasitas produksi karena keterbatasan gas sebagai sumber energi.

Safiun bilang, pada tahun lalu pelaku industri masih bisa mencari energi alternatif seperti ampas kulit kelapa sawit. Sayangnya, pasokan ampas kelapa sawit kini semakin sulit karena semakin banyak pelaku industri dari sektor lain yang memakai sumber energi serupa. Selain itu, "Kulit sawit juga mulai diekspor,sehingga pasokannya berkurang," katanya kepada Kontan, Senin (24/6).

Padahal, kata Safiun, permintaan sarung tangan kulit di pasar ekspor terus naik seiring dengan makin meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Menurutnya, pertumbuhan permintaan sarung tangan karet di pasar ekspor bisa mencapai 15% per tahun.

Peluang pasar ekspor yang masih terbuka, membuat beberapa investor tertarik dengan bisnis ini. Safiun bilang, salah satunya adalah Indorama group yang sudah mempunyai bisnis latex. Saat ini, di Indonesia sudah ada sekitar 13 produsen sarung tangan karet.

Keterbatasan pasokan gas sejatinya dihadapi oleh hampir seluruh industri pengguna gas. Sebenarnya, tahun ini Perusahaan Gas Negara (PGN) telah menambah pasokan gas untuk industri. Hanya saja, tambahan pasokan itu masih lebih kecil dari kebutuhan.

Untuk wilayah Jawa Timur, misalnya, tahun ini ada tambahan sebesar 20 million metric standard cubic feet per day (mmscfd) menjadi 330 mmscfd. Namun, di Jawa Barat dan Banten masih kekurangan suplai gas. Dari total kebutuhan gas di Jawa Barat dan Banten sebesar 400 mmscfd, saat ini baru terpenuhi sekitar 60%.

Selain pasokan gas, kata Safiun proses hilirisasi karet alam juga perlu digenjot untuk menarik minat investor dalam memproduksi produk turunan karet.

Ketua Dewan Karet Indonesia, Aziz Pane menilai hilirisasi industri karet dalam negerimasih lamban. Penyebabnya, lantaran industri pendukungnya yang masih minim.

Kekurangan industri pendukung ini membuat industri hilir harus menambah pasokan bahan baku impor bila ingin memperbesar ekspor produk mereka. "Sehingga terjadi anomali industri," ujar Aziz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×