Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Indonesia sudah melakukan strategi diversifikasi pasar ekspor setelah adanya pembatasan perdagangan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebut, Indonesia sudah membuka pasar ekspor sawit baru, salah satunya China.
“Kita sudah melakukan dengan membuka pasar baru. Contoh kemarin di Cina juga sama kita diundang oleh Ketua Kadinnya Cina, tapi khusus untuk impor minyak nabati,” ujar Eddy dalam Workshop Jurnalis Gapki, Rabu (23/8).
Baca Juga: Pemerintah Lobi agar ISPO dan RSPO Diakui di UU Anti Deforestasi Uni Eropa
Eddy bilang, tingkat ekspor CPO Indonesia ke China memang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan, Indonesia sudah mengekspor 8,1 juta ton sawit ke China pada tahun 2019.
“Mereka justru yang minta ke kita untuk dinaikkan lagi untuk ekspor. Bahkan kalau perlu ditingkatkan di atas 8 juta,” kata dia.
Selain China, Rusia juga berpotensi menjadi pasar ekspor sawit Indonesia. Namun, ekspor sawit ke Rusia terkendala Letter of Credit (L/C).
Meski demikian, Cina telah menawarkan bantuan untuk kendala tersebut. “Kemarin dari bank dari China memberi tawaran, kalau mau ekspor ke Rusia, pakai L/C bank China,” kata Eddy.
Tak hanya kedua negara tersebut, Gapki bersama Pemerintah Indonesia bakal melakukan kunjungan ke Asia Tengah, khususnya Uzbekistan. Mereka akan mengupayakan penetrasi pasar baru ke negara tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News