kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Eksportir buah diuntungkan naiknya dollar AS


Kamis, 06 September 2018 / 19:26 WIB
Eksportir buah diuntungkan naiknya dollar AS
ILUSTRASI. Penjualan buah lokal


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi industri eksportir, pelemahan rupiah menjadi peluang untung. Bagi eksportir buah, hal ini menjadi berita baik.

Ketua Asosiasi Eksportir Buah dan Sayuran Indonesia (Aesbi) Hasan Wijaya menyatakan dengan patokan rupiah mendaki jadi kisaran Rp 15.0000 per dollar membawa eksportir buah untung karena lebih tinggi dari patokan rupiah mereka yang umumnya di kisaran Rp 13.500.

"Bagi eksportir buah ini berita baik, tapi buyer juga minta turun harga juga, tapi sebagai eksportir kita kan dibayar dengan dollar AS," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (6/9).

Adapun pada periode ini, pihaknya sudah mulai aktif melakukan ekspor buah. Sebelumnya, ekspor buah sempat terkendala karena menunggu masa panen.

Hal ini terlihat dari catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan pada semester pertama 2018 nilai ekspor buah turun sebesar 3,2% dibandingkan periode sama 2017, menjadi US$ 398,38 juta. Volume ekspor buah juga anjlok 5,67% menjadi 584,5 juta kilogram metrik.

Tapi Hasan melihat pada periode ini ekspor tersebut akan membaik karena sudah memasuki masa panen sejumlah komoditas buah tropis yang sering diekspor seperti pisang, salak dan manggis.

Ketika ditanya mengenai persaingan dengan pasar global, Hasan menyampaikan pemerintah sebaiknya memperhatikan pola industrialisasi buah yang diterapkan oleh Australia.

"Kualitas mereka kalau bertani itu kawasan, dan kita kan tidak kawasan, kebanyakan petani kita hanya menanam karena iseng, ini yang harus diubah," katanya.

Apalagi dengan adanya perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) berpotensi menyebabkan impor buah Australia membanjiri Indonesia. Oleh sebab itu, Hasan berharap pemerintah juga akan ikut andil meningkatkan produktivitas tanam buah lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×