Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agenda transisi energi terus menjadi fokus pemangku kepentingan sektor kelistrikan. Hal ini kembali ditegaskan dalam ajang Electricity Connect 2025, yang dibuka pada 19 November 2025 di Jakarta.
Forum yang digelar Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) tersebut menjadi wadah diskusi strategis mengenai kebutuhan investasi dan arah pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, mengatakan pemerintah menempatkan isu pemanasan global sebagai perhatian utama dan telah menetapkan peta jalan transisi dari energi fosil menuju EBT. Ia menegaskan bahwa sektor ketenagalistrikan harus menjawab “trilema energi”: ketahanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan.
Baca Juga: Daya Serap EBT Baru 0,2%, Industri Dorong Percepatan Proyek dan Jaringan Super Grid
"Kita harus memberikan listrik yang cukup, terjangkau, dan berkesinambungan. Jadi, kita harus mendorong EBT ke sistem kita semuanya,” kata Jisman dalam keterangannya, Kamis (20/11/2025).
Dari sisi utilitas, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memaparkan bahwa RUPTL 2025–2034 kini menjadi peta jalan transisi energi paling ambisius yang pernah disusun perusahaan. Dalam dokumen tersebut, sebagian besar rencana pembangunan pembangkit—yakni 69,5 GW atau 76% dari total kapasitas baru—akan berasal dari EBT.
Untuk menopang masuknya EBT ke sistem nasional, PLN menargetkan pembangunan 48.000 kilometer sirkuit transmisi dan 109.000 MVA gardu induk. Total kebutuhan investasi hingga sepuluh tahun ke depan diperkirakan mencapai Rp3.000 triliun.
"Dengan transisi energi ini, biaya pokok produksi diharapkan turun, dan ketergantungan pada energi impor bergeser ke pemanfaatan EBT domestik sehingga meningkatkan ketahanan energi,” ujar Darmawan.
Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari, menyampaikan bahwa penguatan kemandirian energi menjadi bagian dari agenda prioritas pemerintah. Menurutnya, penyebaran potensi energi Indonesia yang tersebar hingga daerah terpencil justru menjadi kekuatan strategis, meskipun masih terdapat wilayah penghasil energi yang belum menikmati listrik secara optimal.
Baca Juga: Jelang Tutup Tahun, Target Bauran Energi Hijau Indonesia Kembali Meleset
Ia menambahkan bahwa rencana investasi Rp3.000 triliun pada pembangkit EBT berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar 1% per tahun.
“Energi ini sangat vital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%. Tidak ada cerita pertumbuhan ekonomi 8% tanpa kelistrikan yang kuat,” ujarnya.
Ketua Panitia Pelaksana Electricity Connect 2025 sekaligus Sekretaris Jenderal MKI, Arsyadany G. Akmalaputri, mengatakan forum tahun ini membuka ruang kolaborasi lintas pelaku industri untuk memperkuat ekosistem EBT di Asia, termasuk Indonesia.
Agenda tahun ini mencakup plenary session, panel diskusi, workshop, hingga pertemuan bisnis, serta pameran 94 perusahaan yang menampilkan teknologi terbaru di sektor ketenagalistrikan.
"Kami optimis Electricity Connect 2025 akan membuka lebih banyak pintu kolaborasi dan inovasi. Sama seperti tahun lalu, acara ini merupakan Net Zero Emission event,” kata Arsyadany.
Baca Juga: Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Masih Tersendat Tarif yang Mahal
Selanjutnya: Confluent Perkuat Ekosistem Data Streaming Lewat Peningkatan Fitur Tableflow
Menarik Dibaca: Tips Holiday Ready Akhir Tahun agar Liburan Nyaman, Aman dan Bebas Drama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













