Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya mempercepat pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) kembali menjadi sorotan industri ketenagalistrikan.
Melalui forum Electricity Connect 2025, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) mendorong konsolidasi investasi dan inovasi untuk memperkuat ketahanan sekaligus kedaulatan energi nasional di tengah meningkatnya kebutuhan listrik industri dan rumah tangga.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menegaskan bahwa percepatan EBT domestik merupakan strategi industrial jangka panjang pemerintah. Saat ini porsi pembangkitan EBT baru mencapai 14,4%, sehingga roadmap perluasan bauran energi menjadi sangat krusial.
Pemerintah menargetkan peningkatan porsi EBT menjadi 21% pada 2030, 41% pada 2040, dan 74% pada 2060 sebagai bagian dari agenda mencapai net zero emission.
Baca Juga: Sektor EBT Jadi Primadona, Kolaborasi Jadi Kunci Swasembada Energi Nasional
Menurut Wanhar, arah kebijakan ini tidak hanya menyangkut komitmen iklim, tetapi juga kepentingan industri dalam menjaga pasokan energi jangka panjang.
"Peta jalan sudah jelas. Kita perlu memastikan pasokan EBT domestik tumbuh seiring kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (16/11/2025).
Di sisi pelaku industri, PLN mencatat potensi EBT Indonesia mencapai lebih dari 3.000 GW, namun baru dimanfaatkan 0,2%. Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, menyebut angka ini menunjukkan adanya gap investasi dan teknologi yang masih lebar.
Dalam RUPTL 2025–2034, pemerintah menetapkan target pembangunan pembangkit EBT hingga 42 GW, yang membutuhkan kepastian pendanaan dan kesiapan infrastruktur.
Suroso menilai hambatan terbesar terletak pada mismatch lokasi sumber EBT dengan pusat permintaan listrik. Mayoritas potensi EBT berada di Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara, sementara pusat beban terkonsentrasi di Jawa.
Pembangunan jaringan transmisi 48.000 kms dan pengembangan Super Grid menjadi syarat mutlak untuk mengevakuasi energi dari daerah kaya sumber EBT.
Baca Juga: Menilik Potensi Danantara Masuk Dalam Pendanaan Pembangkit EBT di RUPTL 2025-2034
“Jika 10% dari total potensi EBT saja termanfaatkan, sistem energi kita akan jauh lebih kuat. Namun tanpa backbone transmisi yang memadai, potensi tersebut sulit dikonversi menjadi suplai nyata bagi industri,” jelasnya.
Sementara itu, Sekjen MKI sekaligus Ketua Pelaksana Electricity Connect 2025, Arsyadany G. Akmalaputri, menilai penguatan ekosistem EBT akan menentukan daya saing ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas industri untuk memastikan pasokan listrik yang andal, terjangkau, dan merata.
“Ketahanan energi bukan hanya soal kapasitas pembangkit, tetapi kemampuan seluruh ekosistem industri untuk menyediakan listrik bersih dan stabil bagi masyarakat maupun sektor manufaktur,” ujar Arsyadany.
Electricity Connect 2025 telah digelar pada 19–21 November 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) menghadirkan lebih dari 100 exhibitor dari perusahaan energi nasional dan global, lembaga pemerintah, NGO, lembaga riset, hingga komunitas.
Baca Juga: Potensi EBT RI Capai 3.600 GW, Pemanfaatannya Baru 1%
Selanjutnya: Ekonom Peringatkan Risiko Skema Kredit Kopdes Merah Putih
Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













