kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Masih Tersendat Tarif yang Mahal


Jumat, 17 Oktober 2025 / 12:06 WIB
Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Masih Tersendat Tarif yang Mahal
ILUSTRASI. Pengembangan pembangkit energi terbarukan (ET) ketenagalistrikan masih jadi tantangan di Indonesia


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengembangan pembangkit energi terbarukan (ET) ketenagalistrikan dinilai masih menjadi tantangan, utamanya terkait harga  listrik energi bersih ini dinilai masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan listrik berbasis energi fosil.

Ketua Pusat Studi Energi Universitas Gajah Mada (UGM) Sarjiya mengungkapkan, minat investor untuk berinvestasi di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh seberapa menarik harga yang ditawarkan kepada mereka.

“Tantangannya saya kira, kita memiliki target energi terbarukan yang kemudian bagaimana investor berminat untuk masuk. Ketika investor berminat masuk mungkin di sana ada isu berapa sih sebenarnya harga yang dianggap menarik untuk investor,” tutur Sarjiya kepada awak media, Jumat (17/10/2025).

Baca Juga: Airlangga Ungkap Rencana Pembangunan PLTSa untuk Wujudkan Pariwisata Bersih

Ia menjelaskan bahwa harga yang menarik bagi investor juga harus tercermin dari tarif listrik dari energi terbarukan tersebut, sebab komponen biaya dalam pengembangan energi akan direcover melalui mekanisme tarif.

Dalam kesempatan yang sama, Tim Peneliti Pusat Studi Energi  UGM Saiqa Ilham Akbar bilang, alasan terhambatnya EBT di Indonesia adalah lantaran harga batu bara yang terlalu murah dan sulit untuk digantikan.

Ia juga menilai, pertumbuhan industri  ketenagalistrikan yang bersih membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai. Selama ini, menurutnya, tidak semua kebutuhan tersebut dapat ditangani oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Itu juga yang juga perlu nanti ketika ada lembaga inventor yang mengatur perencanaannya maupun pelaksanaannya. Tarifnya juga bisa disesuaikan dengan sumber energinya,” jelasnya.

Selain itu, untuk mendorong ET tersebut, Tim Pusat Studi Energi UGM juga mendorong adanya lembaga independen. Ketika lembaga tersebut hadir dan mendapat kepercayaan publik, kepercayaan investor juga dinilai akan meningkat.

Baca Juga: Pengembangan PLTP Huluhais, ESDM: PLN Masih Tunggu Lampu Hijau dari Danantara

Saiqa menambahkan, dengan meningkatnya kepercayaan tersebut, jumlah investor yang masuk ke sektor ketenagalistrikan, terutama di bidang pembangkitan, akan semakin banyak. Ia berharap, dengan adanya kompetisi yang sehat, harganya juga dapat turun.

Terkait tarif, menurutnya tantangan di Indonesia adalah cakupan wilayah yang luas. sehingga kondisi di Jawa akan berbeda dengan di Papua atau Maluku, tergantung pada sumber energinya.

“kita kan inginnya sumber energi bersih kita bisa memberikan harga yang lebih baik bagi investor. Kemudian bagi yang batubara juga kita harus masukkan ke situ faktor-faktor eksternalitasnya juga dimasukkan ke situ sehingga EBT bisa bersaing,” tandasnya.

Selanjutnya: Menkeu Purbaya Optimistis Ekonomi Bisa Capai 5,6% pada 2025, Prabowo Siapkan Hadiah

Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM BGM Day 17–19 Oktober, Menu Mulai Rp 20.000-an Free Teh Botol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×