kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Empat tahun ke depan, produksi minyak memble


Rabu, 21 September 2016 / 10:49 WIB
Empat tahun ke depan, produksi minyak memble


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Dari tahun ke tahun, produksi minyak Indonesia diprediksi menurun. Kondisi ini diperparah dengan minimnya investasi di lapangan migas yang berproduksi. Pemicunya, harga minyak masih rendah dan banyak perusahaan migas asing hengkang.

Dalam paparan rapat dengar pendapat dengan Komisi VII di DPR, Senin (19/9), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaksir, produksi minyak pada tahun 2017 sampai 2020 akan terus menurun drastis. Tahun ini diramalkan bisa mencapai 820.000 barel per hari. 

Nah, yang gawat adalah produksi minyak nasional pada tahun 2020, hanya tinggal 480.000-550.000 barel per hari (bph). Melihat hal itu,  ada beberapa langkah yang siap dilakukan. Salah satunya adalah menahan laju penurunan produksi setiap lapangan migas. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, setiap lapangan migas memiliki laju penurunan produksi yang berbeda-beda.

Rata-rata laju penurunan produksi lapangan migas di Indonesia antara 18%-24% setahun. Namun ada juga lapangan migas yang declining rate-nya hingga  60%.  "Berat sekali kita, makanya kami sedang kerja keras. Kemarin rapat dengan Vico Indonesia terkait Blok Sanga-Sanga adalah mempertahankan produksi minyak di sana yang terus turun," jelas Wiratmaja, Senin (19/9).

Pemerintah juga berusaha meningkatkan produksi lapangan-lapangan migas yang ada, seperti Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu yang produksinya akan ditingkatkan menjadi 200.000 bph dari produksi saat ini yang hanya  165.000 bph.

Selain Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, pemerintah mengandalkan produksi dari lapangan migas lain. Sayang, Wiratmaja tidak menyebut lapangan migas lain dimaksud.   "Ada yang kecil-kecil, kalau digabung bisa menutupi produksi sampai 815.000 bph pada tahun depan. Bisa, tapi memang ekstra effort," ujar dia.

Tahun ini produksi masih bisa mencapai 820.000 bph. Angka ini naik dibanding tahun 2015, yang mencatat realisasi produksi hanya 777.600 bph atau di bawah target, 825.000 bph.

Sementara, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)  Amien Sunaryadi menyebutkan, SKK Migas siap memenuhi target lifting minyak tahun depan. SKK Migas tengah mencari lapangan migas yang bisa digenjot produksinya tahun depan. "SKK Migas harus mencari-cari kalau ada kekurangan. Pencarian saat  work plan & budgeting mulai 5 Oktober, hasilnya pertengahan Desember," kata Amien.

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, dengan  penambahan produksi, akan menambah biaya. "Tapi berupa tambahan biaya operasi minimal," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (19/9). Sayang Exxon belum bisa menaksir sampai kapan produksi di Lapangan Banyu Urip bisa bisa terus mencapai 200.000 bph.                 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×