kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Enam korporasi berebut beli PLTP Chevron


Selasa, 25 Oktober 2016 / 10:28 WIB
Enam korporasi berebut beli PLTP Chevron


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, ada enam perusahaan yang kini bersaing mendapatkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak berkapasitas 377 megawatt (MW) dan PLTP Derajat dengan kapasitas 255 MW. Proyek ini sedang dilelang oleh Chevron Geothermal Indonesia Ltd. 

Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, menyatakan, enam perusahaan yang tertarik mengakuisisi dua aset PLTP Chevron. Yakni Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Pertamina Geothermal Energy, PT Medco Power, PT Star Energy, Mitsui dan Marubeni.

Terkait transaksi itu, Kementerian ESDM hanya melakukan kontrol agar penjualan tersebut tidak lantas menurunkan produktivitas terhadap kedua aset. Sehingga penjualan listrik ke PLN tetap stabil, baik sebelum maupun sesudah akuisisi. 

Menurut Yunus, sebelumnya ada 44 perusahaan yang berminat dan dari enam yang tersisa tersebut akan mengajukan proses selanjutnya, sekitar bulan November. Yakni mengajukan dokumen penawaran kepada Chevron. "Termasuk program kerja dan harga berani berapa. Setelah itu baru dievaluasi, pemenangnya baru Desember atau Januari," ujarnya kepada KONTAN, Senin (24/10).

Yunis menekankan, pembeli  dua aset itu harus memiliki kinerja yang sama seperti Chevron. Lalu tidak ada masalah terkait tenaga kerja dan  keamanan proyek.

I Made Suprateka, Kepala Unit Komunikasi Korporat PLN, mengatakan, pihaknya sudah melakukan pembicaraan awal dengan pihak Chevron. Kontrak jual-beli listrik antara Chevron dengan PLN akan habis pada tahun 2020 mendatang. "Tidak ada kewajiban bagi PLN memperpanjang kontrak tersebut hingga tahun 2040," kata dia.

Artinya jika ada pihak lain yang berhasil membeli aset Chevron itu, belum tentu PLN mau membeli listriknya lagi setelah tahun 2020. "Kalau kami tidak beli produksi geotermalnya, mubazir, itu jadi tidak ada harganya," ujarnya.

Tafif Azimuddin, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengatakan, akuisisi tersebut merupakan rencana sang induk usaha, PT Pertamina. PGE merupakan perusahaan geotermal terbesar dengan memiliki empat wilayah kerja berkapasitas 437 MW

Sementara itu, Fazil Erwin Alfitri, CEO PT Medco Power Indonesia mengatakan, menggakui, pihaknya salah satu dari perusahaan yang berniat mengakuisisi dua aset itu. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×