Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama masa kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terdapat enam proyek migas yang berjalan dan bahkan telah mampu memproduksi migas.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi mengatakan selama tiga tahun Pemerintahan Jokowi telah ada lima proyek besar yang selesai dan sudah onstream. Ditambah dengan satu proyek besar yang telah masuk tahapan konstruksi.
Salah satu proyek besar yang telah onstream tersebut adalah proyek Banyu Urip. Untuk Train A proyek Banyu Urip telah onstream pada Desember 2015 dan Train B pada 12 Januari 2016.
Total investasi untuk proyek Banyu Urip mencapai US$ 3,38 miliar. Produksi Banyu Urip saat ini mencapai 200.000 BOPD dari target produksi sebesar 185.000 BOPD.
Selain mendapatkan produksi minyak dari proyek ini, Amien juga bilang proyek Banyu Urip juga berkontribusi terhadap pelatihan pekerja lokal, pendidikan, kesehatan, pengembangan UKM, dan sosioekonomi.
"Proyek ini berkontribusi ke Bojonegoro, dimana menurut BPS Bojonegoro, mencapai 19,47%,"imbuh Amien pada Jumat (27/10).
Proyek kedua yang onstream di Era Jokowi adalah lapangan Bangka yang merupakan bagian dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Lapangan Bangkan onstream pada Agustus 2016 dengan produksi 110 MMSCFD dan 4.000 barel kondensat per hari.
Namun pemerintah dan operator proyek IDD juga harus kerja ekstra untuk bisa mengembangkan IDD tahap dua. Proyek IDD tahap dua terdiri dari Lapangan Gendalo dan Gehem.
Selain proyek IDD juga ada proyek Donggi-Mantindok-Senoro. Untuk proyek Senoro telah onstream pada September 2014, untuk Donggi dan Matindok telah onstream pada April 2017 dengan kapasitas 105 mmscfd.
Ada juga proyek Jangkrik yang onstream pada Mei 2017. Investasi untuk proyek ini mencapai US$ 3,77 miliar.
Kapasitas produksi awal proyek Jangkrik sebesar 450 MMSCFD. Produksi dari proyek Jangkrik ini nantinya bisa mencapai 600 MMSCFD plus 3.200 kondensat per hari.
Seluruh produksi gas dari proyek Jangkrik akan diolah di Kilang Bontang. "Lapangan Jangkrik gasnya disalurkan ke Kilang Bontang,"ujar Amien pada Jumat (27/10).
Terakhir adalah proyek Lapangan Madura BD yang onsream pada Juni 2017 dengan proyeksikan produksi gas hingga 100 MMSCFD. Namun saat ini produksi Lapangan Madura BD baru mencapai 46 mmscd plus 3.000 bopd. Di
"Karena pipa yang menyalurkan ke pembeli yang terbangun baru satu yani PGN. Yang saat ini dibangun, yang diharapkan terbangun November adalah PT Inti Alasindo dan Pertagas. Kalau ini terbangun, 100 MMSCFD bisa diproduksikan,"jelas Amien.
Selain itu, ada juga Proyek Tangguh Train III Yang sedang dalam tahapan konstruksi fisik. Proyek ini telah capai tahapan Final Investment Decision pada 2016 lalu dengan nilai Capital Expenditure mencapai US$ 11,13 miliar dan Operation Expenditure sebesar US$ 2,91 miliar.
"Tangguh Train III termasuk yang penting. Tangguh Train III dinyatakan final investment decision itu pada 2016, tahun 2016 tersebut di dunia hanya ada dua FID untuk LNG plant, dari dua FID tersebut salah satunya adalah Tangguh. Ini sebagai gambaran bahwa iklim investasi LNG di Indonesia secara global masih menarik, dengan dibutkikan di tempat lain tidak ada yang FID kecuali satu, kemudian ditambah satu Tangguh Train III,"ujar Amien.
Namun SKK Migas dan Pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan yaitu proyek Masela dan East Natuna yang hingga kini masih belum mencapai tahapan Plan of Development (POD). Padahal kedua proyek tersebut memiliki potensi cadangan gas yang cukup besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News