kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Energi surya untuk lemari pendingin perikanan, pengembangan EBT ekonomi maritim


Rabu, 17 Juni 2020 / 07:59 WIB
Energi surya untuk lemari pendingin perikanan, pengembangan EBT ekonomi maritim
ILUSTRASI. Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Surya (PLTS) Likupang yang dikembangkan?Vena Energy di Minahasa Utara, Sulawesi Utara.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk lemari pendingin di sektor perikanan.

Hal ini bertujuan untuk menunjang kegiatan perekonomian berbasis kemaritiman dengan melibatkan Kementerian terkait.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang berproses untuk membuat pilot project dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendukung PLTS cold storage.

Baca Juga: Kementerian ESDM gandeng Kementerian Kelautan kembangkan PLTS cold storage

Pasalnya, selama ini cold storage di KKP masih mengandalkan listrik dari PT PLN (Persero). "Ada peluang untuk bisa melakukan penghematan dari pemanfaatan EBT," ujar Harris dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/6).

Harris menyatakan, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sedang menyusun program pengembangan klaster ekonomi maritim dengan melakukan identifikasi potensi pengembangan EBT hingga pembahasan bentuk usaha penyediaan tenaga listrik. "Diharapkan dapat selesai di bulan Agustus 2020 nanti," ungkapnya.

Menurutnya, khusus di sektor kelautan dan perikanan, cold storage menjadi salah satu yang paling potensial untuk digarap dengan memanfaatkan energi surya.

Dari data yang ada, tercatat sebanyak 6 dari perusahaan yang memiliki cold storage dengan total kapasitas 3.850 ton membutuhkan setrum listrik sebesar 1.721 kVA.

"Semoga benefit EBT ini bisa meningkatkan kesejahteraan dan akses listrik kepada masyarakat," tutur Harris.

Potensi lain yang bisa dikembangkan dalam skala mikro adalah PLTS Atap. Kondisi ini semakin dipermudah dengan kemudahan mekanisme yang diberikan oleh Pemerintah dalam membangun pembangkit tersebut.

Baca Juga: Pemerintah berupaya gali peluang pengembangan EBT di era kenormalan baru

"Di Indonesia mekanismenya sangat sederhana. Hanya memasang meteran Solar PV Rooftop, ada meteran ekspor - impor, selisih ekspor impor itulah yang dibayar oleh pelanggan," sebut Harris.

Kata dia, minat masyarakat pun terhadap PLTS Atap terus mengalami pertumbuhan signifikan. Hingga akhir Desember 2019, tercatat ada lebih dari 900 dari 1673 pelanggan pasang baru PLTS Atap sejak peraturan tersebut diterbitkan pada bulan Desember 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×