kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

EOR diproyeksikan bisa menahan laju penurunan lifting minyak bumi


Senin, 27 Agustus 2018 / 20:42 WIB
EOR diproyeksikan bisa menahan laju penurunan lifting minyak bumi
ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Skema Gross Split & Migas Nonkonvensional


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lifting minyak Indonesia menjadi sorotan. Pasalnya, jika tak ada perbaikan teknologi, lifting minyak akan mengalami tren kemerosotan hingga tahun 2030 nanti, yang diproyeksikan hanya akan mencapai 281.000 barrels of oil per day (BOPD).

Padahal, menurut Wakil Kepala SKK Migas, Sukandar, di tahun 2017 lifting minyak sebesar 804.000 BOPD. Jumlah itu diproyeksikan akan menurun menjadi 775.000 BOPD pada tahun ini. Penurunan secara konsisten terjadi setiap tahun.

Senada, Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, tak menyangkal, bahwa dari sisi produksi minyak Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2010.

Jika pada tahun 2010 produksi minyak bumi mencapai 945.000 barel per hari, pada tahun 2011 turun menjadi 902.000 barel per hari hingga pada tahun 2015 hanya bisa mencapai 786.000 barel per hari. Pada tahun 2016, sempat naik menjadi 836.000 barel per hari, namun turun kembali menjadi 801.000 barel per hari pada tahun 2017.

Hingga 22 Agustus 2018, angka operasional produksi minyak bumi berada di angka 773.000 barel per hari. Djoko menyebut, turunnya produksi itu disebabkan oleh sejumlah tantangan. Khususnya lapangan produksi yang sudah cukup tua sehingga menurunkan tingkat produktivitas.

"Juga ada dinamika ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan harga yang berdampak pada investasi migas. Termasuk pada pemanfaatan lahan yang terkait dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," jelas Djoko, Senin (27/8).

Djoko bilang, pemerintah mengambil beberapa langkah untuk menggenjot produksi. Strategi peningkatan cadangan dan produksi minyak dan gas antara lain melalui open data, join study, percepatan POD, mempermudah lelang wilayah kerja, dan gross split.

Selain itu juga diadakan penawaran wilayah kerja baru dan mendorong peningkatan kegiatan eksplorasi, serta melakukan Enhanced Oil Recovery (EOR) melalui secondary dan tertiary recovery. "Tanpa penemuan cadangan yg baru, pasti turun karena minyak kan tak terbarukan. Kalau terus dikuras ya habis," ujar Djoko.

Karenanya, untuk menekan laju penurunan, eksplorasi sumur-sumur tua akan menerapkan teknologi EOR. Guna mewujudkan hal tersebut, Djoko Siswanto bilang, dalam waktu dekat, pihaknya akan membentuk panitia kerja untuk percepatan penerapan teknologi EOR.

"Mempercepat pelaksanaan EOR, kalau sudah fullscale nanti bisa menambah produksi. Ya (seperti) 100.000 untuk Rokan," katanya.

Djoko melanjutkan, selama ini, salah satu yang menjadi persoalan dalam EOR ialah masalah bahan chemical yang dipakai. Tak sedikit kontraktor yang menggunakan bahan dari impor. Padahal, lanjut Djoko, produk Indonesia juga bisa bersaing. "Padahal kita juga bisa. Lebih murah, hasilnya bisa diadu, bisa di test lab," ujarnya.

Percobaan penerapan EOR antara lain dilakukan di Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan. Hingga 23 Agustus 2018, sumur injeksi T-046i sudah siap.

Tim Pemantauan Pelaksanaan Peningkatan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tanjung-PT Pertamina EP telah terbentuk. Polymer injection unit sedang dalam proses proses pengiriman dan akan tiba di sana pada akhir Oktober 2018.

Rencana kerjasama dengan Repsol pun tengah dalam progres. Repsol akan mengirimkan proposal untuk keterlibatan di aktifitas EOR Polymer flooding pada akhir bulan Agustus 2018, dengan skema kerjasama yang diusulkan adalah Kerja Sama Operasi (KSO).

Dalam paparan skenario forecast lifting minyak tahun 2017-2030 yang dipaparkan SKK Migas, terlihat perbedaan antara yang dengan dan tanpa EOR. Setidaknya, perbedaan itu dapat dirasakan sejak tahun 2024 hingga 2030.

Dengan skenario forecast lifting tanpa EOR tahun 2024 hanya akan ada sebesar 529.000 BOPD, pada tahun 2025 sebesar 480.000 BOPD, tahun 2026 sebesar 419.000 BOPD, tahun 2027 sebesar 376.000 BOPD, tahun 2028 sebesar 334.000 BOPD, tahun 2029 sebesar 311.000 BOPD dan pada tahun 2030 sebesar 281.000 BOPD.

Sedangkan dengan EOR, forecast lifting minyak pada tahun 2024 menjadi sebesar 531.000 BOPD, tahun 2025 sebesar 494.000 BOPD, tahun 2026 sebesar 455.000 BOPD, tahun 2027 sebesar 446.000 BOPD, tahun 2028 sebesar 459.000 BOPD, tahun 2029 sebesar 498.000 BOPD, dan tahun 2030 sebesar 520.000 BOPD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×