Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 tinggal dalam hitungan hari. Banyak peristiwa menarik terjadi sepanjang tahun ini. Seperti industri telekomunikasi semakin melaju di era digital, seiring dengan percepatan digitalisasi, dampak pandemi yang tak kunjung henti.
Ericsson Mobility Report mengungkapkan, data trafik seluler melesat hampir 300 kali lipat dari tahun 2011. Tahun 2011 yang merupakan tahun pertama terbitnya Ericsson Mobility Report pertama kali diterbitkan.
Pernyataan 5G akan menjadi generasi seluler tercepat saat ini, diperkuat dengan perkiraan terbaru. Yakni akan ada hampir 660 juta pelanggan 5G hingga akhir tahun ini.
Jumlah pelanggan seluler di Asia Tenggara dan Oseania telah melebihi 1,1 miliar. Indonesia berada di urutan kedua secara global berdasarkan net additions selama kuartal III 2021.
Indonesia mencatat net additions sebesar 23 juta selama kuartal tersebut. Langganan 5G di wilayah tersebut diperkirakan akan mencapai hampir 15 juta pada akhir tahun 2021. Dan tumbuh positif selama beberapa tahun ke depan, dengan perkiraan total sekitar 560 juta pada tahun 2027.
Head of Network Solutions Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal mengatakan, pada fase awal pengenalan di Indonesia, 5G memungkinkan penyedia layanan memberikan pengalaman broadband seluler yang lebih baik kepada konsumen. Dan meningkatkan kapasitas jaringan untuk mengelola data trafik yang terus meningkat.
“Seiring berjalannya waktu, kami berharap akan munculnya 5G use cases baru yang inovatif pada bidang 5G untuk bisnis dan IoT use cases,” kata Ronni, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, pekan lalu.
Sementara Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Insititut Teknologi Bandung (ITB), Ian Joseph Matheus Edward mengatakan, di era 5G, pelanggan bukan hanya manusia, tetapi juga internet of things (IoT).
Di kota-kota dan korporasi, pertumbuhan perangkat IoT yg lebih besar dibandingkan pengguna manusia. Dan pangsa terbesar adalah kontrak dengan korporasi yang memanfaatkan IoT sebagai salah satu solusi operasional mereka.
“Pasar baru untuk manusia, sudah mulai jenuh. Oleh karena itu mulai dengan pelanggan IoT, ”kata Ian, kepada Kontan.co.id, Kamis (23/12).
Setelah Indosat Ooredoo dan 3 Indonesia sebaiknya tidak ada merger lagi. Dengan empat operator besar pasca merger, operasional lebih murah, mutu terjaga dan efisien. “Yang terpenting bagi pelanggan adalah ketersediaan jaringan 4G+ atau 5G, andal dan harga terjangkau,” tegas Ian.
Setelah merger, dan ada empat operator, persaingan tetap terjaga. Di sisi lain, bisnis telekomunikasi tetap menarik. Dengan model bisnis baru seperti integrasi transportasi. “Dengan sendirinya jika layanan baik maka nilai bisnis juga meningkat,” tegas Ian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News